Chapter 21

37.8K 1.5K 25
                                    

SORE itu, hujan deras sekali. Anna sampai merapatkan dirinya dengan jaket miliknya. Ingin pulang, tetapi ia terjebak di dalam mall. Niat Anna sore itu ingin membeli beberapa kebutuhan rumah, sementara Cameron pergi urusan teman futsal nya.

Anna menghela berat. Jam menunjukan pukul 16.44 yang berarti sebentar lagi pukul 5 sore. Lalu Anna melihat ke arah langit karena posisi Anna sekarang di lobby depan mall. Langit sepertinya belum mau menghentikan hujan. Gelap sekali, petir nya bersuara besar di susuli kilat.

Anna kembali memasuki mall, di telusuri mall tersebut. Anna beranjak ke salah satu kios Es Krim kesukaan Anna dan Aldo dulu. Ngomong-ngomong, ini adalah mall dekat sekolah Anna dulu. Anna dan Aldo sering kesini tiap pulang sekolah, entah belajar bareng, nongkrong bareng sampai ngedate film pun di mall ini. Banyak kenangan manis di tempat itu, tapi hati perlahan mulai menutup masa lalu.

Mungkin, Anna belum bisa bertemu dengan Aldo untuk bicara. Tapi, hati nya sudah ia pastikan tertutup dan tak ada cela sedikitpun bagi Aldo, ia sudah berjanji.

Cerita tentang Aldo dan Shenna mengenai menikah belum ada berita lanjutnya. Mungkin beberapa bulan lagi? Atau mungkin minggu? Entahlah. Anna sempat melihat akun sosial media Shenna maupun Aldo, tetapi tampak kedua nya tidak mengumbar kebersamaan maupun foto bersama sedikitpun.

Anna duduk di salah satu meja saat ia memesan Es Krim berasa Green tea. Anna sangat suka Green Tea, dan Aldo berusaha untuk menyukai Green Tea. "Eh, Anna kan?"

Gadis itu mendongak, terkejutlah dia saat melihat wanita setengah paruh baya itu. Dia Mama Uti, pemilik kios Es Krim kesukaan Anna. Anna dan Mama Uti sangat kenal, waktu itu Anna sempat di layani langsung oleh Mama Uti, dan mereka dekat. Mama Uti masih tau bahwa Anna pacar Aldo, dulu saat makan Es Krim, Aldo membawa Anna saat masih sekedar adik kakak saja. Mama Uti juga yang masih menjadi pelayan nya, namun saat kios Es Krim itu terkenal akan enak dan unik, Mama Uti memperkerjakan orang.

Mama Uti duduk di meja di tempati Anna. "Kamu cantik banget, ya, makin dewasa," puji Mama Uti.

"Ah, Mama bisa aja," sahut Anna malu-malu.

"Kamu ambil Es Krim yang banyak gih, Mama kasih gratis. Astaga, Mama kangen banget sama kamu!" Seru Mama sambil mengelus kepala Anna lembut.

Sekedar info, bahwa Mama Uti di tinggal anak satu-satu nya karena punya penyakit Leukemia. Tepat 5 tahun lalu, dan saat Mama melihat Anna, sifat anak nya sama dengan Anna katanya. Sangat ceplas-ceplos dan manis bila tersenyum.

"Samaa, aku udah lulus jadi jarang kesini. Mama juga jarang, ya, mampir kios sini?" Ujar Anna membuka percakapan.

"Iya, Mama sibuk di kios lain. Eh, Aldo kemana? Mama kangen juga sama dia,"

Anna terdiam. Ia memberi senyum penuh arti. Untung saja Mama tau arti senyum itu. "Kenapa? Padahal kalian cocok sekali," komentar Mama kecewa.

"Iya, Mama. Aku di jodohkan, dan Aldo menghamili sahabat Anna."

"Oh? Maaf, Mama kira masalah sepele. Yasudah, lalu, dimana suami kamu?"

"Dia ada urusan, Mah. Mama apa kabar?" Anna mengalihkan pembicaraan.

"Baik. Yasudah, Na, Mama cuma mau ngecek keadaan kios aja. Mama tinggal, ya? Lain waktu kita ketemuan, sampai ketemu lagi, Anna," ujarnya dan berlalu.

Anna memainkan Es Krim nya. Setelah itu ia berjalan lagi ke salah satu restoran untuk mengisi perut nya yang kelaparan. Anna duduk di meja pojok kosong. Memesan beberapa makanan dan minuman. Sambil menunggu, Anna membalas pesan dari Cameron dan grup lainnya.

Lalu sebuah sapaan dari suara berat dan agak parau terdengar. Anna mengenali suara itu, sangat mengenali. Seperti di hipnotis rasanya, semua kenangan itu terputar di kepala Anna. Gadis itu diam menatap lelaki itu dengan tatapan kosong. Malah yang di tatap duduk di depan Anna tanpa persetujuan Anna.

"Lama nggak ketemu, semenjak kejadian rumah Shenna," lelaki itu membuka suara.

Anna masih dalam diam. Ia pastikan jantung nya berdetak normal, karena ia benar-benar pastikan sudah menutup hati untuk Aldo.

"Rumah Cameron sepi, kalian pindah?"

Anna diam, tidak menyahut. Ia menunggu waktu yang tepat untuk membuka suara.

"Ah, gak usah di jawab. Tidak penting, bukan?" Ucapnya lirih. "Anna, aku akan menikah bulan depan. Tapi entah, hati ini masih mencintaimu seratus persen. Percayalah, ketika aku berbuat dengan Shenna, tak ada rasa nikmat sedikitpun, Anna. Nafsu itu sekedar karena permen sialan itu!" Ujar nya.

Anna masih diam, ia yakin masih banyak yang akan Aldo lontarkan.

"Kedua orang tuaku kecewa, mereka benar-benar menyuruh aku menikah dengan Shenna. Sedih sekali rasanya, aku benar-benar harus meninggalkan rasa ini. Terlalu keras untuk membuka hati dan memulai kenangan baru,"

"Masih banyak yang ingin aku lontarkan, hanya ... Aku percaya, terlalu basi untukmu. Gak apa, memang basi sekali. Aku sendiri benci melontarkan nya, aku hanya bicara yang menurutku penting." Lanjutnya.

"Buat apa niatan lo sampe nyari alamat ke kampus? Buat apa?!" Ketus Anna.

"Untuk sampaikan sayang yang terakhir buat kamu, Anna!"

Anna terdiam.

Aldo mengeluarkan sesuatu dari kantong nya. Itu surat sepertinya, lalu dikeluarkan nya lagi kartu dari tas kecil mikiknya. "Buat kamu, yang satu surat, tentang isi hatiku. Lalu, yang kedua, kartu undangan pernikahan aku dengan Shenna. Aku mohon, datang. Aku sangat bahagia bila kamu datang memberikan senyum terakhirmu. Aku benar-benar akan melepaskan kamu, Anna. Jadi mohon, datanglah bersama Cameron, teman lamaku." Pinta nya dengan tulus.

Air mata Anna berhasil lolos setelah ia tahan. Anna menyerka kasar. "Ya, gue akan datang." Ujar Anna.

Aldo mengangguk. "Sebelum pergi, aku mau kasih tau kamu sesuatu, Na. Mungkin penting bagi kamu,"

"Apa?"

"Bila dulu kamu membenci Cameron. Ia berhasil membuatmu jatuh cinta dengan hal yang salah. Dan kamu begitu bodoh untuk menyikapi nya, kamu terlalu fokus pada satu titik yang memperlkukanmu baik dan sopan. Padahal, dulu aku hanya sekedar memberi perhatianku saja sama kamu. Justru, yang mencintaimu tulus adalah Cameron. Sebelumnya, terimakasih untuk memperjuangiku lama. Maaf sempat membuat mu menunggu dengan rasa sakit. Dan terimakasih telah menjadi teman hidupku untuk sementara. Memang Tuhan adil, mempertemukan kamu dan Cameron lagi dengan rasa yang murni. Awalnya memang tidak adil, karena dari kalian sudah punya pasangan dan prinsip untuk serius."

"Tapi, adil, ketika keduanya kembali jatuh cinta dengan hal yang pantas. Kalian cocok, jangan berhenti untuk mencintai. Dan kamu, lakukan hal seperti dulu kamu lakukan untuku. Perjuangi dia, Cameron, jangan pernah putus asa, karena seharusnya, dia lah orang yang menempati hatimu dari lama, Anna. Bukan aku." Lanjutnya.

Anna kembali diam. Lidah nya kelu. Ternyata, Cameron mencintainya sejak lama? Dan surat itu, dari Aldo untuk Cameron.

Aldo berdiri, ia mengacak rambut Anna untuk terakhir kali nya. "Aku sayang kamu, tetap jadi teman aku, ya. Anggap aku seperti dulu, seorang Kakak kelas yang dengan gabut mengajak mu pulang bareng dengan gombalan receh nya. Aku pamit dari hatimu dan keseharianmu, sampai ketemu di acara pernikahanku. Berpakaian lah yang cantik, Anna. Buat aku, terakhir kalinya mencintaimu." Kemudian ia memberi senyum tulusnya, dan beranjak pergi entah kemana.

"Kenapa semuanya rumit ...?"

×××

maaf, Cameron absen dulu. biar gabosen hehe :d

jangan lupa vote dan komentar nya untuk part ini❤

anna-

Married EnemyWhere stories live. Discover now