TIGA. Kesal

22.1K 1.1K 8
                                    

Amira mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang kelas. Dicarinya benda yang bewarna ungu yang tak lain adalah tasnya.

"Tas gue di mana, sih?" gerutunya.

Amira berkacak pinggang. Sejak ia kembali ke kelas setelah dari kantin tasnya tiba-tiba menghilang. Lebih tepatnya bukan hilang, tapi ada seseorang yang menyembunyikannya.

"Di koridor juga gak ada, cuy!" seru Naomi yang berdiri di ambang pintu kelas. Ia membantu Amira mencari tas.

"Siapa sih yang ngambil tas lo?" Azalea menghentakkan kakinya ke lantai menyalurkan kekesalannya.

"Kalau Amira tau mana mungkin dia pakek acara nyari lagi," sergah Emily sambil melipat kedua tangannya di atas perut.

Amira menghela napasnya. Matanya melihat keluar kelas melalui jendela. Tanpa sengaja tatapannya menangkap sebuah benda yang berada di atas pohon belakang kelasnya. Kakinya melangkah mendekat pada jendela. Matanya memicing ke arah benda tersebut. Benar saja. Benda yang sedari tadi ia cari itu menggantung sempurna di pohon belakang kelas.

"Orang gila mana yang taruh tas gue di sana!" umpat Amira berhasil mengundang ketiga temannya menghampirinya.

"Kenapa? Udah ketemu tasnya?" tanya Naomi pada Amira yang kelihatannya benar-benar kesal.

"Lihat itu!" tunjuk Amira ke arah pohon.

Ketiga temannya mengikuti arah telunjuk Amira, lalu detik berikutnya mereka melongo berjamaah.

"Kerjaan siapa?" Azalea geleng-geleng kepala.

"Mana gue tau. Kalian tunggu di sini. Barangkali ada orangnya di sana." Amira bergegas menuju belakang kelasnya dengan ambisi menyelamatkan tasnya yang ia asumsikan butuh penyelamatan.

Amira menghentakkan kakinya kala mendongak ke atas pohon. Tidak ada seorang pun di sana. Ingin sekali ia mejambak rambut orang yang menggantung tasnya itu.

"Bu Ketua kelas lagi liatin apa?" tanya seseorang.

Amira berbalik. Dilihatnya Althaf yang ikut mendongak ke atas. Detik berikutnya ia tertawa lebar.

"Pasti kerjaan lo kan?" tuding Amira.

"Kalo iya, kenapa? Lo mau nyium gue?"

"Ngapain lo gantung tas gue di sana?" tanya Amira amat dongkol terhadap cowok di depannya itu. "Gue gak ada masalah apa pun sama lo. Kenapa lo terus nyari masalah sama gue?!"

"Seharusnya lo senang. Gue ngelakuin itu karena mungkin tas elo ingin merasakan sensasi keindahan dari atas pohon," canda Althaf garing diiringi cengiran khasnya.

"Goblok dipelihara!" Amira mendekat lalu menoyor kepala Althaf.

Althaf malah terkikik geli melihat wajah marah Amira.

"Gue kesal karena lo ninggalin gue di perpus sendirian. Seharusnya lo nemenin gue, lah."

"Suka-suka gue."

Amira berjalan mendekati pohon tersebut. Masa bodoh dengan hanya terdiam. Ia berniat memanjat pohon itu, walau dirasanya agak mustahil mencapainya.

"Woi, Bu Ketua kelas! Jangan bilang kalo elo mau manjat pohon."

Amira tidak peduli dengan seruan Althaf. Yang ia pikirkan hanya satu, tasnya selamat.

"Lo pakek rok. Kalo nampak sesuatu dari balik sana pada gue gimana? Jangan bikin gue dosa oi! Walau sebenarnya gue pengen lihat, tapi jangan dulu, batin gue belum siap."

Tekad Amira sudah bulat. Meskipun ia tahu bakalan sia-sia karena ia tidak bisa memanjat.

"Lo cewek, Amira!"

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now