EMPATPULUH. Salahkah?

8.6K 501 15
                                    

Arga menenggak air putih hingga habis meninggalkan gelas yang kosong. Hanya ada ia dan mamahnya di ruang makan. Ia melamun, membuat mamahnya heran. Mamahnya yang hendak memasukkan nasi dalam mulut terhenti di udara, lalu nasi itu kembali ke piring.

"Arga!" Seruan mamahnya membuyarkan lamunan Arga.

"Jangan bengong, nanti kesurupan," lanjut mamahnya.

Arga tertawa kecil. "Kalo Arga kesurupan, pasti bakalan lucu. Kan Arga cowok." Arga membayangkan dirinya kerasukan.

"Ah sudah-sudah, kalau kamu beneran kerasukan mamah gak mau anak mamah jadi setan," ucap mamahnya Arga.

"Gak jadi setan kok Mah, mereka kan cuma numpang aja kok di tubuh manusia."

Mamahnya tersenyum, lalu melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda sesaat. Hening. Ditengah keheningan itu Arga memikirkan sesuatu.

"Mah," desis Arga dan masih dapat didengar oleh mamahnya.

"Iya, kenapa?" tanya mamahnya.

Arga menundukkan wajahnya. "Sepertinya Amira masih sulit untuk menerima Arga."

Mamahnya tersenyum. "Jalanin aja dulu, cepat atau lambat dia pasti akan jatuh cinta sama kamu. Kamu kan tampan."

"Bukan soal tampan atau tidaknya mah." Tiba-tiba Arga teringat wajah Althaf yang tentu saja menyaingi wajahnya. Sama-sama tampan. "Tapi, Amira udah memiliki seseorang yang dia cinta. Dan itu, bukan Arga."

"Kalau begitu, buat dia mencintaimu secepatnya," ucap mamahnya enteng.

Ya begitulah, ketika seseorang mengucapkannya dengan mudah. Tapi, ketika melakukannya tidak semudah ucapan orang itu.

***

Tinggal menghitung hari, Amira dan Arga segera bertunangan. Karena permintaan Amira, mereka malam ini akan pergi memilih dan membeli cincin. Tapi, mereka menyempatkan untuk mengisi perut terlebih dahulu.

Menempati meja paling pojok di warung sate. Ya, ini permintaan Amira lagi. Meskipun ditawarkan untuk makan di restoran mewah oleh Arga, Amira lebih memilih tempat yang sederhana seperti ini.

Amira meniup sate yang masih panas itu membuat Arga tersenyum melihatnya.

"Sini." Arga mengambil piring berisikan sate milik Amira. "Punya gue hangat, makan punya gue aja."

Amira mengangguk lalu mengangkat tangannya seperti memberi penghormatan.

"Baik, Bos," ucap Amira sembari tersenyum manis. Malam ini, ia ingin lebih akrab dengan Arga. Apalagi mereka akan segera bertunangan.

Lalu bagaimana dengan Althaf?

Untuk itu, Amira sudah berinisiatif untuk melupakan Althaf. Walaupun itu tidak mudah.

Amira mengunyah sate dengan lahap. Arga yang gemas melihat Amira langsung mencubit pipi cewek itu. Amira meringis kesakitan karenanya.

"Ih! Sakit tau!" kesal Amira.

Arga terkekeh. Ia senang tentu saja. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, hubungannya dengan Amira saat ini membaik. Dan ia harap akan terus berlanjut.

AMIRALTHAF [Completed]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora