DUAPULUH SEMBILAN. Maaf, Gue Akan Lupain Lo.

9.4K 518 0
                                    

Amira terus mengabaikan Althaf hingga jam pelajaran hari ini berakhir. Hal itu membuat pasokan pertanyaan terus bertambah di benaknya Althaf. Bagaimana tidak, semalam Amira menelponnya dengan suara khas orang menangis.

Membuatnya memutar file-file memori dalam otaknya, barangkali ada suatu kesalahan yang ia lakukan pada cewek itu. Namun, Althaf tak kunjung menemukannya. Atau kemungkinan kesalahan itu telah lenyap dari memori otaknya? Sehingga ia tidak bisa menemukannya lagi.

Kehadiran sosok yang ia tunggu sedari tadi membuyarkan lamunannya.

Amira tidak tersenyum sedikitpun. Rooftop sekolah. Tempat di mana ia menolak Althaf kala itu. Tempat di mana ia mengutarakan kebohongan yang menoreh luka pada dirinya sendiri.

Dengan keberanian yang telah ia kumpul, Amira menoleh ke arah Althaf. Menatap pria itu dengan sendu. Sebisa mungkin ia menahan lara di dadanya.

Althaf tersenyum manis. Tangannya terangkat untuk menyentuh pipi Amira. Mata Amira berkaca-kaca. Sekali saja berkedip maka tampungan air mata akan menampakkan dirinya dengan menyentuh kulit pipinya. Oleh sebab itu, ia menaikkannya ke langit-langit matanya. Meskipun pada akhirnya setetes air mata itu ditemukan.

"Lo kenapa, sih? Jangan nangis, gue sedih lihat lo nangis kayak gitu." Althaf menyeka air mata cewek yang ia cintai itu.

Siapa yang tidak ikut sedih kala melihat orang yang dicinta menangis? Begitupun Althaf, ia jadi sedih melihat Amira menangis.

"Althaf," lirih Amira.

"Hm," balas Althaf seadanya.

"Lo masih cinta sama gue, gak?" tanya Amira dengan ragu-ragu setelah mengembuskan napas berat.

Althaf terdiam, kini matanya saling beradu dengan Amira. Manik matanya menyiratkan ketulusan yang amat kentara. Siratan itu mampu meyakinkan Amira jika ia sedang tidak bermain-main. Perasaan itu sungguh tulus.

"Tentu aja. Gue cinta sama lo."

Dada Amira semakin terasa sesak bagaikan kehilangan banyak pasokan oksigen.

"Gue juga cinta sama lo. Malahan gue sayang banget sama lo Althaf," jeda sesaat. "Tapi, gue mau lo lupain gue. Gue mau lo suka cewek lain yang bisa buat lo bahagia. Karena lo gak akan bahagia sama gue."

Ia harus merelakan Althaf untuk orang lain. Ia tidak ingin melukai perasaan Althaf lagi. Ia ingin Althaf bahagia, walaupun bukan bersamanya. Saat ini, hal itulah yang ia pikirkan. Sudah ia pikir matang-matang semalaman. Menurutnya itu yang terbaik untuk Althaf, sekalipun ia mencintai Althaf.

"Maksud lo apa? Gue gak akan lupain lo. Gue gak akan mencintai cewek lain. Karena hanya lo yang gue cinta, hanya lo yang bisa buat gue bahagia."

"Lo harus ngelupain gue, Althaf."

"Kenapa?" heran Althaf. "Kenapa gue harus lupain lo?"

"Karena gue akan bertunangan dengan Arga. Karena gue calon tunangan orang lain. Jadi, lo cari cewek lain yang bisa jadi tunangan lo juga. Lupain gue!" teriak Amira dengan napas memburu. Dadanya naik turun.

"Maaf, gue akan lupain lo," pungkas Amira seraya beranjak dari tempat duduknya.

Amira berjalan membelakangi Althaf dengan langkah pelan. Sedangkan cowok itu masih mencoba untuk mencerna kata-kata yang sukses keluar dari mulut Amira.

Air mata menjadi hal yang terus memaksanya agar membiarkannya jatuh di pipi. Langkahnya semakin jauh dengan Althaf. Akan tetapi, sebuah tangan kekar melingkari perut Amira.

Seseorang memeluknya dari belakang sebagai upaya mencegatnya agar tidak melangkah lebih jauh lagi. Jika bukan Althaf memangnya siapa lagi? Karena hanya ada dua manusia saja di rooftop saat ini. Yaitu ia dan Althaf.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now