ENAM. Gue peluk lo ya?

18.9K 1K 5
                                    

Amira mematut dirinya di depan cermin. Lalu menyunggingkan senyum.

"Amira."

Mendengar namanya dipanggil, ia menoleh ke arah pintu yang memang masih tertutup rapat.

"Iya, Bunda. Masuk aja!" sahutnya.

Hera—ibunya Amira itu membuka pintu, lalu mengulum senyum kala melihat putrinya yang cantik itu. Wanita itu mendudukkan dirinya di sisi ranjangnya Amira, dan diikuti oleh anaknya itu di sebelahnya.

"Kamu jaga diri baik-baik ya, Nak."

Amira mengangguk cepat. "Tentu saja. Untuk dua malam ini bilang sama Ayah agar tidak pulang larut malam. Biar Bunda enggak kesepian. Oh ya, Ayah udah pergi ke kantor ya, Bun?"

Ibunya mengangguk lalu tersenyum singkat seraya mengelus lembut rambut Amira yang tegerai itu. "Iya. Ayah sudah pergi sejak tadi subuh."

"Sayang sekali." Amira memasang wajah kecewanya.

"Teman kamu yang ganteng itu sudah lama menunggumu loh."

Amira mendelik. "Di mana, Bun?"

"Di ruang tamu."

Amira segera bangkit dari duduknya, diikuti oleh Hera di sebelahnya. Ia berjalan seraya menarik kopernya.

Althaf bangkit kala cewek yang sedari tadi ia tunggu kini muncul di hadapannya dengan sebelah tangan  menarik koper.

Ia tertegun, gadis itu sangat cantik meskipun hanya mengenakan kaos biasa saja dan rambutnya dibiarkan tergerai. Apalagi jika dirias menjadi pengantin. Rasanya ia ingin terus melangsungkan pernikahannya dengan cewek itu. Terus hidup bersamanya, dan, baik, kembali ke dunia nyata. Barusan hanyalah khayalan seorang Althaf belaka, yang belum tentu akan terjadi di masa mendatang.

"Sini biar gue aja."

Althaf menarik koper milik Amira lalu membawanya ke dalam bagasi mobilnya yang terparkir di depan rumah Amira. Setelah itu ia kembali menghampiri Amira dan ibunya.

"Kamu jaga Amira baik-baik, ya. Awas saja kalau suatu hal buruk terjadi padanya." Hera memperingatkan Althaf.

Althaf mengangguk cepat. "Tentu saja, Tan."

"Tante tidak mau kehilangan Amira." Untuk saat ini Amira merasa jika ibunya terlalu berlebihan deh. Namun disisi lain ia tahu jika ibunya itu sangat menyayanginya.

"Saya juga tidak mau kehilangan Amira, Tante. Jadi saya akan menjaganya."

Amira malu dibuatnya. Ia bisa menebak jika rona pipinya saat ini mulai berubah. Tentu saja hal itu diketahui ibunya.

Setelah berpamitan pada Hera, Amira dan Althaf berlalu pergi dengan mobil, menjauhi komplek perumahan Amira dan bergabung dengan kendaraan-kendaraan lain di jalan raya.

Meskipun hanya dua malam, namun sangat berat untuk Hera membiarkan putri satu-satunya itu pergi. Biar pun dibilang berlebihan, namun ibunya tidak ingin kehilangan Amira.

Sudah cukup dengan kehilangan sosok lain yang juga sangat disayanginya. Untuk itu Hera dan suaminya selalu menjaga Amira agar kejadian itu tidak terulang pada anak gadisnya itu. Meskipun begitu, ia mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa Althaf akan menjaga Amira baik-baik.

***

Selama perjalanan menuju Villa, Amira tertidur pulas di sebelah Althaf. Sesekali cowok itu curi-curi pandang ke arah Amira.

Althaf bernapas lega kala mobilnya telah memasuki perkarangan villa karena ia sudah kelelahan. Rasanya ia ingin langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur yang empuk lalu tertidur dengan pulas.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now