TIGAPULUH DUA. With You

9K 525 11
                                    

Hari ini Amira pulang bareng Althaf. Amira pikir cowok itu akan mengajaknya jalan-jalan. Namun, sekarang mereka berada di halaman rumahnya Althaf.

"Bantuin gue cuci mobil ya?" Althaf menyodorkan baju untuk Amira agar cewek itu tidak mengenakan seragamnya, takut kebasahan.

Dengan cemberut Amira menerimanya. "Gue pikir lo mau ajak gue jalan. Ternyata malah ngajak cuci mobil."

Amira memperhatikan baju yang dikasih Althaf. "Ini baju cewek, punya siapa?"

"Sepupu gue, tenang aja dia gak ada di rumah," jawab Althaf santai sembari menarik selang air dari keran.

"Sepupu lo tinggal di rumah lo?"

Althaf mengangguk. "Ganti aja di dalam rumah."

"Oke."

Bersamaan dengan Althaf yang membawa perlengkapan cuci mobil, Amira menghampirinya setelah mengganti seragam, dengan muka masih cemberut.

"Jangan cemberut ih, gak cantik lagi nanti." Althaf mencubit pipi Amira gemas setelah itu menghidupkan air. Mengarahkan selang ke arah mobilnya.

Bukannya membantu, Amira malah berkacak pinggang menatap Althaf yang berkutat dengan mobilnya. Sesekali Althaf melirik Amira.

"Kok gak bantuin sih?"

"Males," jawab Amira singkat. "Lo itu banyak duit, kan bisa bawa ke tempat cuci mobil."

"Kan biar hemat. Uangnya bisa nabung buat modal kita nikah." Althaf mengedipkan mata, lalu terkekeh. Sebuah ide muncul di otaknya. Lebih tepatnya mengarah ke kata 'iseng'.

Althaf mengarahkan keran air itu ke arah Amira. Amira basah dibuatnya.

"Althaf. Ngapain lo basahin gue? Stop!" pekik Amira kesal sembari berusaha menghindar.

Amira mengambil alih selang di tangan Althaf untuk membalas perbuatan cowok itu.

Niat awal Althaf adalah untuk mencuci mobilnya. Bukan malah bermain air seperti saat ini bersama Amira. Baju mereka sama-sama basah. Gelak tawa terdengar di antara keduanya. Satu hal yang tidak mereka ketahui, dua asisten rumah tangga di rumah Althaf mengintip mereka dari balik jendela rumah.

"Itu pacar tuan muda?"

"Sepertinya anak saya bakalan patah hati."

"Cantik  juga ceweknya Den Althaf."

Seperti itulah percakapan antara pembantu yang mengintip dua manusia yang tengah dimabuk cinta itu.

Althaf mengambil shampo di dalam rumahnya. Sejurus kemudian, menuangkannya di kepala Amira tanpa meminta persetujuan cewek itu.

"Althaf rambut gue udah gue keramas kemarin." Seolah ucapan Amira hanyalah angin lalu, busa-busa menutupi kepala Amira ulah dari cowok itu.

Akibat busa itu pula mata Amira menjadi perih. Karena khawatir, Althaf mencuci muka Amira dan juga rambut gadis itu. Membuat busa-busa itu menghilang.

Tangan Althaf terangkat menangkup wajah Amira setelah mematikan keran air. Mata Amira terbuka dengan perlahan. Langsung saja manik keduanya beradu.

Althaf tersenyum kecil. "Ayo lanjut di kamar mandi. Gue mandiin lo. Gue ikhlas kok ngelakuinnya, tanpa pamrih."

Amira memelototi Althaf. Karena ajakan cowok itu sungguh ... ya, begitulah. Mana mungkin ia mandi bersama Althaf. Jika ia mengiyakannya pasti ia harus menyiapkan mental untuk dimarahi ayahnya. Lalu keduanya akan dibawa ke KUA. Tapi, jika dibawa ke KUA, tidak buruk juga. Masalahnya, Amira tidak mau menambah dosa.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now