Extra Part 4 (a)

10.9K 510 29
                                    

Althaf sudah siap dengan setelan jasnya yang bewarna hitam. Ia hendak keluar dari kamarnya, namun, istri tercintanya itu malah mencegatnya.

Amira mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Althaf. Memeriksa keadaan suaminya itu. "Kamu kurang sehat loh. Yakin mau ke kantor?"

Laki-laki bersetelan jas itu memang kurang sehat hari ini. Kulitnya saja terasa panas kala Amira menyentuhnya. Althaf berusaha tersenyum seolah-olah ia baik-baik saja. Ia tak ingin Amira khawatir. Apalagi Amira sedang hamil besar saat ini.

"Aku gak apa-apa kok." Althaf berujar dengan enteng.

"Kamu istirahat aja di rumah. Aku takut terjadi sesuatu sama kamu." Tercetak jelas kekhawatiran di wajah Amira.

"Ada rapat darurat di kantor. Jadi, aku harus pergi." Althaf menangkup wajah Amira lalu menatap dalam-dalam mata Amira. "Kamu gak usah khawatir. Kamu santai-santai aja di rumah. Jaga dirimu dan calon bayi-bayi kita baik-baik ya sayang? Aku baik-baik saja."

"Rapat mulu yang dipikirin. Kesehatan kamu lebih penting tau gak?" Amira kesal dengan Althaf. Pasalnya laki-laki itu terlalu sibuk dengan dunia kerjanya. Kesehatan saja sampai dilupakan.

"Iya, aku tau. Tapi, aku harus berangkat." Althaf mengecup kening Amira singkat lalu berlalu pergi.

***

Dengan tangan kanan yang menenteng rantang makanan Amira memasuki kantor perusahaan Althaf yang besar itu. Karena Althaf yang kurang sehat juga dirinya yang terus memikirkan keadaan Althaf, jadilah Amira membawa bekal makan siang untuk laki-laki yang begitu dicintainya itu. Ia diantar sopir pribadinya untuk ke sana. Ia tidak mengabari Althaf kalau ia ke kantor. Karena jika ia mengabari Althaf, pasti laki-laki itu tak mengizinkannya.

Beberapa karyawan yang berpapasan dengan Amira langsung menyapa Amira, ada juga yang hanya tersenyum sopan. Rata-rata karyawan di sana mengenal Amira. Toh, Amira kan istri bos mereka.

Amira memasuki lift karena ruangan Althaf ada di lantai lima. Sesampainya di depan ruangan Althaf, ia tak langsung membuka pintu ruangan itu. Ia berniat membukanya pelan-pelan dan mengejutkan Althaf.

Pelan-pelan sekali Amira menggerakkan handle pintu hingga pintu itu terbuka lebar.

Deg!

Pintu terbuka lebar namun pemandangan yang ia lihat seolah-olah menusuk hatinya. Bagaimana tidak? Althaf tertidur di sofa dengan seorang wanita yang juga tertidur dalam posisi kepala tersandar di dada Althaf.

Saat itu pula rantang makanan terlepas dari genggaman Amira. Menimbulkan bunyi yang keras diikuti isi rantang yang keluar berserakan di lantai. Bunyi keras itu membuat dua orang yang tertidur itu terkejut. Yang lebih terkejut adalah Althaf. Kepala wanita yang tak lain adalah sekretarisnya itu berada di atas dadanya. Apalagi melihat Amira yang terdiam membeku di ambang pintu sana.

Wanita itu cepat-cepat beranjak dari sofa yang memang muat ditiduri oleh dua orang itu. Ia gelisah.

Amira benar-benar merasa sesak di dadanya. Matanya sudah berkaca-kaca. "Apa ini sebabnya kamu semangat sekali pergi ke kantor walau lagi sakit? Apa dia wanita simpananmu?!" teriak Amira sangat keras.

Althaf menggeleng, Amira salah paham. Ia hanyalah korban. Ia tak tahu kelakuan sekretarisnya selama ia tertidur. Althaf bangkit berdiri dan hendak menghampiri Amira.

Amira melihat ke arah leher Althaf. Di sana ada jejak lipstik. Ia langsung paham mengapa jejak itu ada di sana. Oleh sebab itu, ia langsung berlari memasuki lift.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now