EMPAT PULUH TIGA. Stay.

8.9K 495 12
                                    

Tak sedekat dulu lagi. Tak pernah saling sapa lagi. Jika tak sengaja bertemu pandang, maka keduanya cepat-cepat melihat ke arah lain. Dalam beberapa hari ini, Amira dan Althaf seperti orang asing. Namun, di dasar hati keduanya, rasa yang disebut cinta, tetap sama. Mereka masih saling mencintai.

Bahkan, kala berdiri bersebelahan tetap saja seperti ada tembok tinggi yang menengahi mereka. Seperti sekarang, Amira dan Althaf yang tidak mengerjakan PR diberi hukuman dengan berdiri di koridor kelas hingga jam istirahat.

Tidak biasa, Amira yang rajin dan juga pintar itu diberi hukuman. Akhir-akhir ini ia banyak pikiran dan kurang fokus. Jika ia berangkat lebih awal ke sekolah bisa saja ia selesai mengerjakan PR nya tanpa terburu-buru takut telat seperti pagi ini.

Canggung. Bagaimana tidak? Berdiri bersebelahan dengan orang yang ingin dihindari, lalu suasana di koridor begitu sepi karena sedang jam belajar. Alih-alih adanya kata-kata yang mengudara malah suara bel pergantian pelajaran yang mendahului.

Sudah satu jam lebih berdiri di sana, membuat kaki Amira pegal-pegal diikuti rasa lelahnya.

Guru yang menghukum Amira dan Althaf sudah keluar dari kelas.

"Hukuman kalian sampai jam istirahat. Ingat itu!" ucap guru itu sebelum menghilang dari pandangan mata Amira dan Althaf.

"Ekhem!" Suara itu berasal dari ambang pintu. Terlihat Revan yang menatap keduanya sembari menahan tawa.

Althaf menoleh ke arah temannya itu dengan tatapan sinis. "Senang lo liat teman lo menderita kayak gini?"

Revan terkekeh. "Bukankah ini keberuntungan? Ayolah! Lo gak lihat ada kesempatan yang begitu nyata di samping lo?"

Revan melirikkan matanya ke arah Amira sekilas.

"Apaan lo?" tanya Althaf malas padahal sudah mengerti maksud Revan.

"Cieee... Niatnya mau ngejauhin, eh malah berduaan di koridor. Ini namanya takdir, Bro! Di antara puluhan penghuni kelas ini, hanya kalian berdua yang gak ngerjain PR. Jodoh memang ndak ke mana-mana," goda Alif pada Althaf yang tiba-tiba datang dan berdiri di sebelah Revan.

Althaf tak memperdulikan lagi kedua temannya. Matanya kini fokus menatap ke depan.

Revan tersenyum evil, lalu berbisik sesuatu pada telinganya Alif. Tak lama, keduanya langsung beraksi. Karena kalau kelamaan keburu guru masuk kelas alhasil rencana Revan gatot alias gagal total.

Revan dan Alif serempak mendorong tubuh Althaf ke arah Amira. Karena begitu keras dan juga tak menjaga keseimbangannya, Althaf menabrak tubuh Amira. Entah bagaimana detail terjadinya, Amira yang sudah kecapekan itu terjatuh di lantai diikuti Althaf yang kini menindihnya.

"Maaf, gue sengaja!" ucap Revan dan Alif serempak.

Deg!

Hampir saja bibir tebalnya Althaf menabrak pipinya Amira jika ia tidak sigap menjauhkan wajahnya dari wajah Amira. Bola mata mereka saling bertautan. Sedangkan jantung mereka tengah marathon. Di sana, penyebab terjadinya itu malah terkikik geli.

Di jendela terlihat wajah-wajah orang yang menonton itu setelah mendengar bunyi robohnya sepasang manusia yang saling cinta juga saling menjauh.

Cepat-cepat Amira mendorong tubuhnya Althaf dan setelah itu berusaha untuk bangkit berdiri.

Althaf ikut bangkit berdiri, lalu menatap tajam kedua temannya. Padahal jantungnya masih berdebar-debar. Di satu sisi, ia suka dengan kejadian barusan. Namun, di sisi lainnya ia sadar, ia tengah menjauhi cewek itu.

"Brengsek kalian! Mau gue cincang pakek golok?!" ancam Althaf dengan ekspresi wajah marah pada Revan dan Alif yang masih cengengesan.

"Bilang aja senang. Gak usah sok-sokan marah lo!" Revan melipat kedua tangannya di dada.

AMIRALTHAF [Completed]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora