Extra Part 4 (b)

16.4K 522 30
                                    

Langkahnya pelan-pelan saja. Bersama asisten rumah tangganya, Amira tengah berbelanja bahan makanan di supermarket yang akan dimasak untuk makan siang hari ini. Ia berada di bagian sayuran. Dirasakannya sebuah tangan menepuk bahunya. Membuat ia langsung berbalik dan didapatinya seorang wanita yang terlihat sebaya dengannya.

"Amira?"

Amira terdiam, dahinya berkerut mencoba mengingat siapa wanita yang ada di depannya itu. Terlihat familier.

"Amira, kan?"

Amira mengangguk.

Pantas saja tak asing. Wanita itu seangkatan dengannya saat SMA.

Tatapan wanita itu terlihat sinis. Sesekali ia melihat ke arah perut Amira. "Ternyata, kamu istrinya Althaf."

Wanita itu tersenyum mengejek, "Pasti kamu lagi hamil anaknya Althaf, kan?"

"Tentu saja. Althaf suami saya, bukannya udah jelas?" Ucapan Amira mulai ketus dilihat bagaimana reaksi wanita di depannya itu. Sepertinya wanita itu berniat memancing emosinya.

"Pas SMA, aku pernah menyukai Althaf diam-diam," jujur wanita itu.

Amira hanya tersenyum. Toh ia tahu, ada banyak cewek yang menyukai Althaf ketika SMA bahkan sekarang.

"Terus, apa urusannya sama saya?" tanya Amira.

"Ternyata, tipe Althaf itu seperti kamu." Wanita itu menatap Amira dari ujung rambut hingga kaki. "Sangat tidak pantas bersanding dengan Althaf."

Benarkan? Wanita itu tengah memancing emosinya Amira. Untung saja ia ingat kalau Althaf melarangnya untuk emosian. Kalau tidak, yakin sekali ia emosi itu bakalan meletus.

"Padahal aku lebih cantik dari kamu," lanjut wanita itu dengan tingkat kepercayaan diri berada di tingkatan teratas.

"Saya tau kamu cantik. Kalau begitu, kenapa bukan kamu yang bersanding dengan Althaf? Katanya saya tidak pantas, tapi realitanya kan saya yang jadi istri Althaf. Kamu sadar gak? Althaf bahkan belum tentu mengenal kamu walau pernah satu sekolah dan bahkan seangkatan. Oh ya, kalo kamu menyapa saya hanya untuk mencibir saya, maaf, waktu saya terlalu mahal untuk meladeni manusia enggak tahu malu kayak kamu," ucap Amira panjang lebar lalu berlalu dari hadapan wanita itu.

***

Sebut saja ini ujian. Buktinya, di hari menjelang senja ini. Amira kedatangan tamu yang sangat tidak diharapkan. Bahkan untuk sekadar menatapnya saja sudah membuat ia marah.

Tadi pagi ia diejek oleh seorang wanita yang pernah menyukai Althaf. Sedangkan saat ini ia didatangi oleh wanita yang tengah menyukai Althaf. Itulah ujiannya. Apalagi wanita yang saat ini mendatangi rumahnya itu adalah mantan sekretaris Althaf yang tertangkap basah tidur di sofa yang sama dengan Althaf tempo hari.

Tanpa permisi bahkan tanpa dipersilakan oleh Amira, mantan sekretaris Althaf dengan santainya memasuki rumah dan langsung duduk di sofa single ruang tamu. Sangat tidak tahu malu.

Sekarang yang harus Amira lakukan adalah mengatur emosinya agar tidak meledak. Dugaan Amira, kedatangan mantan sekretaris Althaf itu pasti untuk memancing emosinya. So, ia harus benar-benar menahannya. Ia tak mau dengan emosinya yang meletup-letup malah membawa dampak negatif untuk dirinya dan calon bayi yang ia kandung.

"Untuk apa ke sini?" tanya Amira ketus. Walaupun wanita di depannya itu adalah tamu. Ia sama sekali tidak menawarkan minuman. Toh ia maunya wanita itu tidak muncul lagi di kehidupannya. Lagian, wanita itu kan tamu tak diundang.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now