DUAPULUH DUA. Mine

13.3K 688 4
                                    

"Ya elah, sekarang udah ada sopir pengganti, ya?" sindir Naomi yang membuat Amira dan Althaf menoleh bersamaan padanya kala baru keluar dari mobil.

"Ya sudah, gue ke kelas duluan ya? Soalnya kalian jalannya lamban kayak siput." Belum sempat Amira membalas ucapan Naomi, tetapi temannya itu sudah berlalu pergi.

"Gue jadi sopir baru lo, nih?"

"Kan mau lo sendiri, yang ngotot buat jemput gue."

Ketika Althaf hendak mengenggam tangan Amira, cepat-cepat Amira menjauhkan tangannya dari Althaf. "Mau ngapain?" curiga Amira.

"Mau pegang tangan lo," jujur Althaf diiringi senyuman andalannya yang mampu membuat para cewek meleleh. Begitupun Amira, menyadari itu, ia cepat-cepat menyadarkan dirinya agar tidak tenggelam dalam senyumannya Althaf.

"Emangnya gue ngijinin lo?"

"Belum," jawab Althaf singkat.

"Gak boleh pegang-pegang. Kita di sekolah, ingat itu!" Amira memperingatkan.

"Kalo gitu, di luar sekolah boleh dong." Althaf menaikkan sebelah alisnya.

"Enggak!" ucap Amira penuh penekanan.

Setelah itu, tidak ada pembicaraan lagi hingga sampai di depan kelas. Meskipun sempat menjadi pusat perhatian beberapa pasang mata di koridor yang mencurigai mereka yang berjalan bersisian. Toh mereka tidak menggubrisnya.

Amira berbalik keluar lagi ketika setelah memasuki kelas. Karena tiba-tiba Althaf yang tadinya berjalan di sampingnya kini menghilang begitu saja. Althaf sudah berjalan melewati kelas, namun belum jauh. Sehingga masih bisa mendengar suara Amira yang memanggilnya.

Althaf berbalik, menatap Amira yang berdiri di ambang pintu kelas. "Kenapa?" Althaf berjalan mendekat pada Amira.

''Mau ke mana lagi? Mau bolos?" Tatapan cewek itu seolah mengintimidasinya.

"Ke rooftop. Bentar aja kok." Senyum Althaf mengembang. "Lo khawatirin gue?"

"Gak, pergi aja," jawab Amira datar. Itu membuat senyum Althaf memudar. "Asalkan bel masuk berbunyi, lo harus ada di kelas," lanjut Amira memperingatkan.

"Oke." Setidaknya Althaf tahu, di balik kata-kata yang keluar dari mulut Amira, ia merasa ada perhatian dari cewek itu.

Kaki jenjang Althaf melangkah dengan lebar untuk mempercepat langkahnya menuju rooftop. Banyak cewek-cewek di koridor yang berusaha menggodanya. Tetapi, ia tidak sedikitpun goyah.

Jika saja Amira yang menggodanya, ia tidak yakin jika ia tidak akan luluh.

Sesampainya di rooftop, Althaf memicingkan matanya kala melihat seorang yang telah mengambil lapak di bangku yang biasanya ia gunakan untuk tidur.

"Arga?" Untuk memastikannya Althaf berjalan mendekat. Benar. Dugaannya tidak salah. Cowok yang juga menatapnya itu adalah Arga, anak baru di kelasnya.

"Itu tempat gue." Althaf melipat kedua tangannya di dada. "Enyah lo!"

Jelas sekali Althaf menunjukkan ketidak sukaannya pada Arga. Apalagi sejak Arga berusaha mendekati Amira.

Arga bangkit seperti yang di suruh Althaf. "Apa lo punya kuasa di sini?"

Pertanyaan dari Arga itu membuat Althaf tersenyum mengejek ke arahnya. "Why not?"

Arga manggut-manggut. "Oh benarkah? Rupanya gue sedang berhadapan dengan penguasa sekolah ini, ya?" tanya Arga sarkastis.

Althaf berdecih. Merasa jika cowok di hadapannya itu sedang berusaha menantangnya. Jika iya, siapa takut? Althaf kan sudah biasa seperti itu. Bahkan ia rutin masuk BK ketika kelas sepuluh, karena hobinya berantem dan memukul anak orang hingga pingsan. Tapi, kebiasaannya mulai ia tinggalkan. Sebab orang tuanya mengancamnya untuk home schooling jika ia masih bikin onar di sekolah.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now