LIMABELAS. Penyemangat.

13.1K 753 5
                                    

Tatapannya kosong pada jus jeruk yang sedari tadi hanya ia aduk-aduk tanpa minat untuk meminumnya. Sedangkan otaknya masih saja memikirkan Althaf. Setelah Amira menolak Althaf, ia tidak kunjung melihat cowok itu lagi di sekolah. Dari pelajaran pertama hingga istirahat Althaf bolos. Apa itu karena dirinya?

Ah tidak. Mengapa ia jadi kepedean, Althaf memang kerap sekali bolos. Jadi ia tidak perlu heran lagi.

Amira mendongakkan kepalanya, matanya ia edarkan ke seluruh penjuru kantin. Barangkali ada Althaf di sana. Entah mengapa ia jadi mengkhawatirkan Althaf. Ia tahu jika ia salah pada Althaf. Tapi, bagaimanapun ia ingin Althaf bahagia. Meskipun bukan dirinya yang membahagiakannya.

"Masih mikirin si Althaf lo?" tanya Emily yang sedang mengunyah siomai.

"Kalo masih mikirin, ngapain lo tolak dia? Hadeuh!" Naomi menimpali.

"Kalo gue sih bakalan terima si Althaf. Lah dia, udah ganteng, tajir, famous, banyak yang ngincar lagi," tambah Azalea.

"Emangnya Revan mau lo bawa kemana?" tanya Emily pada Azalea.

"Gue jadiin patung di museum," jawab Azalea santai.

"Gak lucu ah." Amira mulai bersuara.

"Lo juga suka sama dia, kan? Tapi kenapa lo malah nolak dia?" heran Emily. Setahunya, Amira juga menyukai Althaf. Ia bahkan tahu itu dari mulut Amira sendiri yang menceritakannya pada keesokan harinya setelah Amira pulang dari kebun teh.

"Althaf juga punya perasaan. Dan lo udah nyakitin perasaan dia." Azalea menopang wajahnya dengan tangan.

"Jahat lo!" Naomi menyetujui ucapan Azalea setelah meneguk minumannya.

"Setidaknya gue punya alasan." Amira mencoba meyakinkan trio temannya itu.

"Terserah lo deh. Yang menyesal nanti lo juga," pungkas Naomi akhirnya.

***

Revan melipat kedua tangannya di dada. Sedangkan Alif mencoba membangunkan Althaf yang ketiduran di bangku panjang rooftop.

"Bangun woi!" teriak Alif sembari mengguncangkan tubuh Althaf beberapa kali. Butuh waktu lama untuk membangunkan cowok itu hingga terbangun.

"Apaan, sih?" risi Althaf dengan suara khas orang bangun tidur. Althaf mengerjap beberapa kali, lalu meregangkan tangannya singkat.

"Betah amat lo di sini." Revan berjalan mendekat. Lalu menginjak kaki Althaf yang memborong bangku.

Althaf mengaduh. "Sakit oi!" pekik Althaf.

"Awas kaki lo. Gue mau duduk."

"Punya teman laknat semua. Bukannya dihibur gue yang lagi patah hati." Althaf melipat kakinya agar Revan bisa duduk di sana.

Revan terkekeh. "Iya, maaf deh."

"Lo masih galau? Lebay amat sih?" tanya Alif yang duduk di bangku lain. Matanya terfokus pada layar persegi di tangannya. Lagi nge-game sepertinya.

"Ya elah. Gitu aja udah galau. Lo itu ganteng, Thaf. Banyak yang mau. Kalo saja lo bisa manfaatin kegantengan lo, gue yakin deh. Lo bakalan banyak cewek."

Althaf menatap Revan sinis, mulutnya membentuk senyum mengejek. "Gue kagak playboy kayak lo kali."

"Enak aja bilang gue playboy," ketus Revan tak terima pernyataan Althaf. "Gue cuma cinta sama Azalea."

AMIRALTHAF [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang