Extra Part 1

13.7K 612 34
                                    

5 tahun kemudian.

Amira galau hari ini. Tidak, bukan hanya hari ini saja. Karena hari-hari sebelumnya ia juga galau. Bagaimana tidak? Sudah dua bulan ia tidak mendapat kabar dari Althaf yang tengah sibuk melanjutkan pendidikannya di jurusan bisnis di London. Biasanya, dalam seminggu minimal dua kali mereka video call. Ia tahu, perbedaan waktu Indonesia dengan Inggris. Namun, hal itu tidak jadi masalah antara keduanya.

Bahkan pada hari wisudanya Amira satu bulan yang lalu, Althaf juga tidak datang. Ia sangat rindu pada cowok itu.

Amira melipat kedua tangannya di atas meja kerjanya. Ya, Amira sudah bekerja di sebuah perusahaan besar di Jakarta, namun hanya sebagai karyawan biasa. Terhitung baru seminggu ia bekerja di sana.

Ia lesu. Seperti orang yang sama sekali tidak mempunyai semangat untuk melanjutkan hidup. Matanya menatap sendu ponselnya. Berharap nama Althaf tertera di layarnya sebagai tanda panggilan masuk dari cowok itu.

"Amira, pagi-pagi lesu amat lo!" ucap Rena—salah satu karyawan di sana sedikit mengejutkan Amira.

Rena menempati meja di sebelah Amira. "Amira, lo tau gak? Bos baru kita ganteng banget." Rena terlihat sangat bersemangat.

Amira mengubah posisinya menjadi tegap. "Bos baru? Emangnya bos lama ke mana?"

Rena menatap kesal ke arah Amira. "Yaelah, lo kudet banget sih? Bos baru kita itu anaknya bos lama. Dan dia itu seumuran sama kita. Dari berita yang gue denger, katanya ganteng banget bos baru kita."

"Oh." Amira hanya ber'oh' saja. Toh, dalam otaknya saat ini dipenuhi Althaf.

"Oi keluar semua!" teriak seorang pria berkacamata di ambang pintu ruang di mana Amira dan beberapa karyawan lain bekerja.

"Pasti bos ganteng udah datang. Gue penasaran. Ayo!" Dengan semangat yang menggebu-gebu Rena menarik tangan Amira. Amira hanya pasrah saja.

Berdiri berjejer lalu memberi jalan di tengah-tengah mereka untuk dilewati oleh sang bos baru. Jujur, Amira malas sekali. Bahkan beberapa karyawan wanita sudah memekik histeris kala si bos semakin dekat. Namun Amira tidak. Ia malah menundukkan wajahnya. Sedangkan matanya menatap ke lantai. Toh, bos mereka bukan aktor tampan kan? Hanya bos tampan saja. Amira memang tidak tahu banyak tentang keluarga bos mereka.

"Amira, liat deh! Ganteng banget." Rena menepuk-nepuk pundak Amira.

Dengan malasnya Amira melihat si bos yang sudah datang. Namun, belum melewati depan mereka.

Deg!

Amira tak salah lihat. Ia berani bertaruh kalau penghilatannya tak bermasalah. Althaf, ya, bos baru yang katanya sangat tampan itu adalah Althaf. Dengan berjalannya waktu, Althaf semakin mendekat.

Althaf melihat ke arah Amira. Dan itu membuat jantung Amira berdebar-debar. Ia sangat senang, akhirnya kerinduannya terbayar. Tapi, ia salah. Bahwa baru saja ia berpikir kalau Althaf akan menyapanya. Ternyata tidak. Seperti seorang asing, Althaf malah melewatinya begitu saja.

Rasanya sesak. Apakah Althaf sudah tak mengenalinya lagi? Bagaimana bisa? Apakah Althaf tak mengharapkannya lagi? Apakah Althaf sudah memiliki tunangan?

Segala pertanyaan memenuhi kepalanya. Ingin sekali ia mengejar Althaf yang semakin menjauh darinya, lalu memeluk tubuh atletis cowok itu dari belakang. Tapi, ia tak seberani itu. Matanya berkaca-kaca.

"Apa juga gue bilang, ganteng banget kan? Udah gak usah nangis!" Rena sadar mata Amira berkaca-kaca. "Lo jatuh cinta pada pandangan pertama, kan? Gue tau kalo lo mau nangis karena lo mikir si bos udah punya pacar. Sabar ya, Mir. Gue juga bakalan patah hati kayaknya. By the way, saingan kita banyak banget. Gue jadi kesel! Ya sudah, ayo bubar!"

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now