TIGAPULUH LIMA. Berbeda.

8.3K 481 13
                                    

"Gue masih gak percaya kalo Althaf pacaran sama anak kelas sepuluh."

"Gue juga, masa secepat itu dia ngelupain Amira." Azalea menimpali ucapannya Naomi.

Amira hanya bungkam, tidak ikut menimpali Azalea dan Naomi yang sedari tadi membicarakan dirinya dan Althaf.

"Mungkin tuh cewek cuma dijadiin pelampiasan sama Althaf buat ngelupain Amira." Naomi berargumen.

"Amira, lo yang sabar ya? Lo Jan murung terus. Jelek tau gak." Naomi mencubit pipinya Amira.

Cewek yang dicubit itu mengaduh kesakitan. "Ih, sakit tau."

"Senyum, dong. Ya sudah, gue pulang dulu ya?" Azalea berpamitan dan mereka berpisah di parkiran sekolah.

Karena ada suatu tempat yang ingin dikunjungi oleh Amira, jadilah cewek itu berjalan ke arah halte di depan sekolah. Mengabaikan teriakan Arga yang memanggilnya.

Merasa diabaikan, Arga mempercepat langkahnya untuk mencegat Amira. Kala langkah Amira sudah terhenti, langsung saja Arga memberi serangan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Amira, lo mau ke mana? Lo gak mau pulang sama gue? Lo pulang sama siapa? Lo mau pergi ke suatu tempat? Kenapa lo ninggalin gue?"

Amira menatap Arga datar. "Tanyanya satu-satu, gimana sih lo!"

"Ayo pulang sama gue!"

Arga menarik tangannya Amira, hendak menggiring cewek itu ke parkiran. Tapi, itu tidak bertahan lama karena secepat mungkin Amira menepis tangannya Arga.

"Gue mau ke suatu tempat."

"Gue ikut juga, ke mana pun lo pergi."

Amira menggeleng. "Gue pengen sendiri."

"Gue harus jagain lo. Itu perintah dari ayah lo," tegas Arga.

Amira tahu kalau itu benar-benar perintah dari ayahnya. Sungguh, ia sangat kesal. Rasanya, Arga itu seperti pengawalnya saja.

"Gue gak mau!" Amira bersikeras menolak ajakan Arga.

Arga tidak juga menyerah. "Kalo lo gak mau, terus gue harus bilang apa ke ayah lo? Kalo terjadi sesuatu sama lo pasti gue yang bakal disalahin. Udah deh, lo harus pulang sama gue."

"Gue bilang enggak ya enggak. Lo tuli? Pulang aja lo sono sendiri! Gue gak butuh pengawal. Gue bisa jaga diri."

Arga menghela napas. "Ya udah."

Percuma, bujukan Arga tak mampu mengalahkan sikap keras kepalanya Amira.

"Hati-hati."

***

Amira menatap sendu ke arah batu nisan yang bertuliskan nama kakaknya di sana. Ia menggosok-gosokkan tangannya pada batu nisan yang berdebu itu. Tak peduli jika tangannya akan kotor.

Amira berdoa dalam hati agar kakaknya bahagia di sana.

"Amira bodoh ya, Kak? Apa Amira juga salah suka sama cowok itu? Maaf Kak, Amira gak tau kalau Bang Yafiq itu abangnya Althaf. Kakak pasti gak senang kalo Amira berhubungan sama keluarga Bang Yafiq. Karena Amira sayang sama Kakak, jadi Amira gak masalah kok jauhin Althaf," curhat Amira sembari menatap gundukan tanah dan batu nisan bergantian di hadapannya.

Amira tersenyum getir. "Meskipun Amira cinta sama Althaf. Amira bakalan lupain Althaf. Kak Fadia, Amira pamit dulu, ya? Amira sayang Kakak."

Cewek yang masih mengenakan seragam SMA itu bangkit berdiri. Ia menghela napas panjang. Setelah itu, mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tanpa sengaja matanya bertemu pandang dengan seorang cewek yang berdiri tidak jauh darinya. Sepertinya cewek itu juga mengunjungi makam seseorang. Amira hanya melempari cewek itu dengan senyum ramahnya sebelum berbalik dan melangkahkan kakinya menjauh.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now