TIGAPULUH SATU. Jauhin Althaf!

10.3K 544 3
                                    

Jam 2 pagi Althaf harus rela menjemput Yuri di bandara. Sebenarnya ia sangat malas. Mengganggu tidurnya saja. Namun apa boleh buat, ia terpaksa menjemput sepupunya itu. Apalagi sepupunya itu seorang cewek. Jadi, tidak mungkin mengabaikan cewek itu pada waktu seperti itu. Oleh sebab itu, sekarang Althaf masih saja terbaring di kasurnya.

Padahal subuh sudah datang, namun dengkurannya dan juga pulau yang ia buat cukup mendefinisikan seberapa lelah cowok itu. Karena sebelum menjemput Yuri, ia berkutat berjam-jam di depan layar ponselnya, main game.

"Althaf!" Suara cempreng milik Yuri tidak mempan untuk membangunkan cowok yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya itu. Untung kamar Althaf tidak dikunci sehingga ia bisa masuk ke sana.

Yuri memicingkan matanya setelah menghidupkan lampu di kamar Althaf yang gelap itu. Wajahnya mendekat ke arah wajahnya Althaf, sejurus kemudian kembali menjauhkan wajahnya dari wajah Althaf sembari menutup hidungnya.

Althaf ngiler, dan itu bau. Fakta jika Althaf ngiler kala tidur, namun jika hanya sedang lelah saja.

Yuri menjewer telinganya Althaf.
Seperti yang dulu dilakukan Amira di rooftop, dan itu mempan. Buktinya mata cowok itu terbuka dan meringis atas perlakuan sepupunya itu.

"Ah, lepasin!" Althaf kesal.

Yuri melepaskan seperti yang diminta Althaf. "Lo itu cowok, gak ada halangan buat laksanain kewajiban. Udah subuh, cepat ambil wudhu!" teriak Yuri.

"Apaan sih subuh-subuh kayak gini teriak-teriak. Gue cape, semenit aja deh gue tidur lagi." Althaf memelas dengan tangan mengelap ilernya.

"Gak usah ngeles lo. Gue bukan guru les lo, ppalli ireona!"

"Ngeles apanya? Gak nyambung banget sih, terus ngomong apaan lo tadi? Gue kagak ngerti." Althaf menegakan badannya.

"Bahasa negara gue tercinta." Yuri tersenyum manis.

"Kalo itu negara lo yang tercinta, terus ngapain lo tinggal di sini?" tukas Althaf sembari menatap Yuri sinis.

"Gue juga cinta Indonesia, secara mendiang ibu gue orang sini." Yuri duduk di tepi ranjangnya Althaf. "Dan ayah gue kan orang Korea."

"Iya gue tau," ujar Althaf dengan nada mengejek diiringi cengiran khasnya.

Yuri menatap Althaf tajam. "Cepat ke kamar mandi ambil wudhu, kalo enggak gue racunin makanan lo." Suara Yuri terdengar mengancam, membuat Althaf langsung berlari terbirit-birit ke kamar mandi.

Jarum jam terus berputar dan sekarang Althaf sudah siap-siap berangkat ke sekolah. Seperti permintaan Yuri, sebelum ke sekolah Althaf mengantar Yuri ke rumah sahabat cewek itu terlebih dahulu. Setelah itu ia bergegas ke sekolah.

Langit pagi ini tidak cerah. Terlihat gumpalan awan yang redup. Sekolah sepi dan Althaf merutuki dirinya karena terlalu awal ke sekolah. Lebih baik ia melanjutkan tidurnya di kelas menunggu yang lain sampai.

Tidur di rooftop dengan cuaca seperti ini bukanlah ide bagus. Kecuali jika ia ingin mandi hujan yang tak lama lagi akan menyapa bumi.

Althaf melipat tangannya di atas mejanya, lalu membenamkan wajahnya di sana sebelum akhirnya memejamkan matanya. Tak lama Amira dan Naomi juga baru datang. Karena melihat hanya ada Althaf di kelas, Naomi memilih meninggalkan Amira menuju kelas sebelah. Karena ia tidak ingin menjadi nyamuk antara Amira dan Althaf.

Amira memangkas jarak antara dirinya dan Althaf. Menarik kursi di sebelah Althaf lalu duduk di sana.

Tangan Amira dengan nakal mengacak-acak rambut Althaf. Membuat cowok itu memiringkan kepalanya menghadap Amira. Matanya Althaf sedikit terbuka untuk melihat siapa yang mengacak rambutnya. Sudut bibirnya Althaf tertarik membentuk senyum tipis. Dengan sengaja ia mengabaikan Amira. Matanya kembali tertutup.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now