TUJUHBELAS. Mawar.

11.4K 694 4
                                    

"Amira."

Merasa namanya dipanggil, Amira berbalik. Di sana berdiri kokoh seorang pria tampan yang akhir-akhir ini selalu memenuhi pikirannya. Siapa lagi jika bukan Althaf.

Amira tidak merespon. Ia hanya terdiam di tempat. Langkah Naomi juga terhenti kala itu.

"Ada yang ingin gue omongin sama lo."

"Ya sudah, gue tinggalin kalian berdua ya?" Naomi setelah itu bergegas ke parkiran karena mungkin ada hal yang ingin kedua temannya itu bicarakan.

"Lo mau ngomong apa? Tentang film?" tanya Amira dengan nada ketus. "Oh ya, gue udah selesai ngedit film itu. Dan, udah gue kumpulin ke bu Ema."

Althaf menggeleng. Ia berjalan mendekat Amira. Tetapi Amira malah mundur dua langkah. "Ada hal lain yang mau gue bilang sama lo."

"Apaan? Sepertinya gak ada hal penting yang patut kita omongin."

"Ada. Tentang perasaan gue."

Amira bungkam. Tentang itu lagi. Sungguh, ia tidak siap untuk itu.

"Kalo lo punya perasaan sama gue. Nanti jam tujuh malam lo harus datang ke taman dekat rumah lo."

"Bukannya gue udah bilang sama lo? Gue enggak punya perasaan apa-apa sama lo!" bentak Amira. "Dan gue gak akan datang."

"Gue bakalan nungguin sampai lo datang." Althaf berlalu pergi, meninggalkan Amira yang terdiam.

"Maaf. Dasar bodoh. Gue bodoh," rutuk batin Amira.

Nanti sore Amira akan dijemput Arga. Dan Althaf akan menunggunya jam tujuh malam. Ia masih menimang, antara pergi atau tidak untuk menemui Althaf.

***

Arga memasuki rumah Amira. Tepat sekali hari ini ayahnya Amira tidak ke kantor karena sedang kurang sehat. Untuk membuktikannya, Arga benar-benar menemui ayahnya Amira. Karena tahu ayah Amira sedang kurang sehat jadilah Arga membeli buah-buahan untuk ayahnya cewek yang kini duduk di sebelahnya itu.

Saat itu ayah Amira duduk di sofa tunggal berseberangan dengan Arga.

"Om Agus. Gimana kabarnya?" sapa Arga ramah pada Agus.

"Om lagi kurang sehat hari ini," jawab Agus hangat pada Arga.

"Oh iya, Om. Semoga cepat sembuh."

"Aamiin."

"Om, boleh kan kalau Amira keluar sebentar bareng saya?" Arga meminta izin pada Agus karena memang itu tujuan awalnya ke sana.

Sempat Amira berpikir jika Arga berbohong. Ternyata benar apa yang dikatakan Arga jika dirinya kenal dengan Agus. Dan yang membuat Amira merasa aneh adalah Agus mengizinkannya berteman dengan Arga. Sungguh aneh. Biasanya Agus selalu memarahinya jika Amira berdekatan dengan cowok.

"Iya boleh. Jangan pulang larut ya?" Arga mengangguk. "Dan kamu harus jagain dia. Awas saja kalau terjadi sesuatu padanya."

"Baik, Om. Arga enggak mungkin jahatin Amira, kok. Jadi Om tenang aja." Arga meyakinkan Agus.

Agus mengangguk. "Bawa mobilnya hati-hati." Agus memperingatkan Arga.

"Siap."

Setelah berpamitan pada kedua orang tuanya Amira. Mobil Arga melaju dengan kecepatan rendah keluar dari komplek rumahnya Amira dan bergabung dengan mobil lainnya di jalan raya.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now