DUABELAS. Cemburu.

15.8K 904 4
                                    

Suasana menjadi riuh kala tatapan seluruh penghuni kelas itu tertuju pada seorang cowok jangkung yang memasuki kelas bersama Bu Vera. Cowok itu berdiri di depan sana, dagunya sedikit terangkat.

"Wah, ganteng banget!"

"Amira, coba lihat deh!" seru Naomi di sebelah Amira.

Amira mengikuti apa yang dipinta temannya itu. Namun, hanya sekilas. Karena ia sama sekali tidak tertarik. Lebih baik menghabiskan sedikit lagi membaca buku sejarah, daripada menatap yang tidak menguntungkan baginya.

"Perkenalkan, saya Argani Virendra. Sebelumnya, saya tinggal di California. Saya harap, saya bisa berteman baik dengan kalian. Terima kasih."

Cowok itu mengulas senyum. Suara riuh di kelas mulai terdengar lagi. Bu Vera menghentikan suara riuh itu, menggantikan dengan suara decakan yang tidak terlalu kentara dari beberapa siswi.

Arga mengedarkan tatapannya hingga maniknya mengunci pada sosok cewek yang duduk di barisan kedua dengan kepala yang sedikit tertunduk. Matanya memicing. Setelah jelas dan yakin dengan penglihatannya. Ia kembali tersenyum.

"Ternyata itu beneran lo. Long time no see. Amira, you are mine," batin Arga.

Kaki jenjang milik Arga melangkah pada kursi yang di tunjuki oleh Bu Vera. Dan tempat itu tidak terlalu jauh dari tempat Amira sehingga ia masih bisa mengunci tatapannya pada cewek itu.

Tahu ke mana arah tatapan Arga, tangan milik Althaf terkepal. Ia yakin jika cowok itu menatap Amira. Dari tatapan itu tersirat tanda suka yang kentara sehingga Althaf bisa melihatnya dengan jelas.

Naomi menyikut lengan Amira agar temannya itu menoleh padanya. Sebelah alis Amira terangkat seakan bertanya 'kenapa?'. Manik mata Naomi bergerak, mengintruksi Amira agar mengikuti arah pergerakan maniknya.

Tatapan Amira beradu dengan iris coklat milik Arga kala ia mengikuti intruksi itu. Cepat-cepat Amira membuang mukanya. Tampak sekali jika pandangan cowok itu tertuju padanya hingga ia menjatuhkan dirinya di kursi sebelah Suho.

"Kayaknya dia tertarik sama lo," bisik Naomi.

"Enggak ah. Mungkin ada sesuatu yang terselip di wajah gue." Amira berniat mengeluarkan cermin kecil dari tasnya, namun gelengan dari Naomi menghentikan tangannya yang mulai membuka resleting tasnya.

"Enggak ada apa-apa di wajah lo. Yakin banget gue, kalo dia suka sama lo. Diibaratkan cinta pada pandangan pertama. Dia ngeliat elo kayak ngeliat bidadari yang jatuh--" Naomi mulai ngelantur tidak jelas, cepat-cepat Amira membekap mulut Naomi, karena telinganya mendadak sakit untuk menangkap suara Naomi yang tidak berhenti berbicara. Untung saja suaranya tidak terlalu keras sehingga tidak mengundang kemarahan Bu Vera yang sedang menjelaskan di depan.

"Udah habis ngomongnya?"

Naomi menggeleng. "Gimana mau habis? Udah cepetan lo potong."

Naomi mempoutkan bibirnya dan berniat membuka suara lagi. Akan tetapi, sorotan tajam mata Amira yang menusuk ke dalam matanya membuat ia memilih untuk menyimpannya saja. Daripada cewek yang notabenenya ketua kelas itu marah-marah melebihi Bu Vera.

"Diam juga ini anak!"

***

Bagi kebanyakan murid, bel istirahat adalah salah satu suara termerdu yang dinantikan ketika berada di sekolah. Sama halnya dengan Althaf. Suara itu sudah ia tunggu-tunggu sejak tadi.

Mungkin mood-nya Althaf tengah baik hari ini. Karena, biasanya ia jarang mengikuti pelajaran di kelas hingga bel istirahat berbunyi. Meskipun tatapannya lurus ke depan, seakan mendengarkan guru yang menjelaskan pelajaran. Padahal tatapannya itu kosong, sedangkan pikirannya berada di luar sana. Sesekali ia menatap Amira tanpa sepengetahuan cewek itu.

AMIRALTHAF [Completed]Where stories live. Discover now