VI - Anger

15.7K 1.5K 190
                                    

"You doubt your value, don't run from who you are."

Di lantai teratas clouds nine, Keith melaporkan pada Shuan mengenai kecurigaan Irish yang telah menemukan bagian palsu dari catatan sejarah kerajaan. Ekspresi Shuan menjadi sedikit muram saat mendengar Irish bahkan meminta Han untuk mencari tahu tentang beberapa orang dan menyelidiki Perdana Menteri Gerard.

Rex yang masih sibuk menandai cetak biru denah istana di meja akhirnya mengalihkan perhatian. Ia menatap pemuda berjubah hitam di seberang dengan ekspresi serius.

“Terlalu berbahaya jika si rubah tua Gerard menyadari Irish Liht sedang menyelidikinya.”

Alih-alih menyadari mood Shuan yang memburuk, Benedict justru tertawa dengan penuh kebanggaan.

“Ya ampun, saudari ipar itu memang berbeda dan pintar sekali.”

Rex pura-pura tidak mendengar dan hanya melirik pada ekspresi Shuan yang semakin buruk. Ia hanya menghela napas tidak berdaya, semoga Benedict tidak mendapatkan masalah.

“Kirim lebih banyak orang untuk mengawasi kastil timur. Tidak diizinkan bahkan satu lalat pun terbang keluar dan terlewatkan,” Perintah Shuan.

Keith mengangguk mengerti dan keluar dari ruangan. Rex dan Benedict hanya bisa saling melirik tanpa sedikitpun berkomentar.

“Coba lihat, aku menyadari bangunan di tempat ini sedikit aneh dan rumit.”

Tiba-tiba Rex membuka suara beberapa saat setelah kembali pada cetak biru di meja dan mengalihkan fokus pembicaraan. Shuan mengamati lokasi yang pemuda tan itu tandai, lalu mengerutkan bibirnya.

“Ruang penyimpanan kain?” Shuan bergumam.

Rex mengangguk membuat Benedict ikut mencondongkan tubuh untuk melihat. Pemuda tan itu kembali menambahkan.

“Ruangan itu tidak mencolok dan diabaikan. Bahkan jika kau keluar masuk lima kali, tidak akan menemukan sesuatu yang ganjil.”

“Wah, benar-benar hebat,” Puji Benedict dengan gembira, “Ini harus menjadi...”

Shuan dan Rex hanya saling bertatapan dengan pemahaman yang sama mendengar kalimat Benedict yang sengaja menggantung tanpa diselesaikan. Secara pribadi mereka memutuskan untuk turun tangan.

Pintu ruang kerja Gerard Anster diketuk dengan pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pintu ruang kerja Gerard Anster diketuk dengan pelan. Seorang gadis muncul dari celah pintu yang terbuka untuk melongok ke dalam. Gerard hanya tersenyum tipis dan memberikan lambaian pada putri semata wayangnya untuk masuk ke dalam.

THRONE - The Real Of The KingWhere stories live. Discover now