XII - An Eye For An Eyes

14.4K 1.5K 222
                                    

"An eye for an eye, leave everybody blind."

Pada pagi hari yang cerah, Lidya beranjak dari tempat tidur dengan perasaan gembira. Dibantu oleh dua pelayan setianya yang tinggal di dalam ruangan, wanita itu melakukan rutinitas biasa. Sejak perdebatan sengit dengan Herodias tentang pernikahan Irish, Lidya memang memilih untuk tinggal di tempat pribadinya.

Ruangan istimewa Ratu Lidya dibangun khusus di bagian selatan istana yang memiliki pemandangan dan sumber air panas terbaik. Hanya ada beberapa pelayan dan penjaga yang diizinkan berlalu lalang membuat suasana sangat damai dan tenang.

Salah satu pelayan setia Lidya membuka pintu ruangan. Seketika pelayan itu menjerit ketakutan mendapati apa yang ada di depan pintu.

Jeritan itu menarik perhatian Lidya yang sedang menata rambut dibantu satu pelayan lainnya. Ia segera beranjak dan berjalan ke arah pintu ruangan. Betapa terkejutnya mereka saat melihat kepala manusia yang ditancapkan pada tubuh orang-orangan yang terbuat dari jerami.

Wajah Lidya dan pelayan setianya pucat pasi melihat kepala pembunuh kelompok lizard dengan mata melotot ke arah mereka. Darah segar masih menetes jatuh ke pakaian, bahkan menetes ke lantai di pintu ruangan.

Pelayan yang menjerit telah  jatuh terduduk dengan wajah putih seperti baru saja kehilangan jiwa.

“Yang Mulia Ratu!”

Pelayan setengah baya di sebelah Lidya buru-buru mendukung tubuh tuannya yang akan segera merosot.

“Apa yang kau lakukan?” Pelayan setengah baya itu memarahi pelayan muda yang masih shock di lantai, “Cepat bantu Yang Mulia Ratu berdiri!”

Pelayan muda yang menjerit itu mengerjap, lalu mengangguk seperti orang bodoh sambil merangsek dan berdiri untuk membantu menopang tubuh Lidya yang gemetar hebat.

Lidya berhasil mengumpulkan kembali ketenangan meski perutnya bergejolak ingin mengeluarkan muntahan melihat penggalan kepala manusia itu. Ia memberi perintah pada pelayan setengah baya untuk segera mengambil sepucuk surat yang terselip di sana.

“Cepat suruh penjaga untuk menyingkirkan benda itu!” Perintah Lidya, lalu melanjutkan dengan ancaman, “Apa yang terjadi hari ini, pastikan tidak ada yang lolos dari mulut siapapun, termasuk mulut kalian!”

Pelayan yang lebih muda mengangguk ketakutan, sedang pelayan setengah baya yang merupakan tangan kanan Lidya secara langsung bergegas melaksanakan perintah. Lidya dituntun untuk duduk di meja rias selagi beberapa orang-orangnya membereskan kekacauan, kemudian membuka surat di tangannya.

Sebuah goresan tinta merah darah mengisi setiap bagian kertas bertuliskan ‘Mata untuk mata, tangan diganti tangan, kepala dibalas kepala’.

Lidya mencengkeram kertas di tangannya dengan gemetar dan tidak percaya, membuat pelayan di sampingnya semakin memucat.

“Yang Mulia Ratu...”

“Diam!” Lidya menggertakkan giginya dengan gemetar dan memejamkan matanya untuk beberapa saat.

Kelompok lizard adalah pembunuh kuat dan profesional. Mustahil Irish Liht yang tidak memiliki kekuatan dan dukungan bisa melakukan hal seperti itu. Seseorang yang hebat haruslah berada di belakang gadis itu.

Tubuh Lidya mendadak tremor. Ia cemas, khawatir, dan ketakutan untuk memikirkan siapa yang sebenarnya berada dibalik layar dan mengetahui rencana pembunuhannya.

 Ia cemas, khawatir, dan ketakutan untuk memikirkan siapa yang sebenarnya berada dibalik layar dan mengetahui rencana pembunuhannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THRONE - The Real Of The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang