XXXVI - Force Kiss

17.8K 1.7K 609
                                    

"With kiss let us set out for an unknown world."


Berita yang dirilis oleh biro kehakiman pada esok hari tentang penangkapan Alster Gerard sebagai tahanan yang diduga menjadi pelaku pembunuhan Hose Groot sekali lagi membuat ibukota gempar. Sejak pagi orang-orang berkerumun menyaksikan proses penangkapan di depan gerbang mansion perdana menteri.

Dari balik pintu yang dijaga prajurit dengan ketat, Alster dibimbing oleh salah satu petugas dengan wajah kuyu seperti tanpa nyawa. Nyonya Gerard sudah kehabisan air mata dan hanya bisa pingsan berkali-kali melihat putrinya dibawa ke penjara ibukota.

Rakyat jelata saling berbisik tidak percaya. Putri perdana menteri tampak lembut dan lemah, tapi siapa yang tahu menyembunyikan keganasannya. Saat kereta petugas yang membawa Alster berangkat, Gerard memberikan lirikan sekilas pada kepala penjaga penjara ibukota yang mengangguk mengerti.

Meskipun Alster dibawa ke sel penjara, tapi karena posisi khusus dan nama perdana menteri yang menjamin, sel itu paling bersih dan lebih baik dari sel lainnya. Alster sudah seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup dan hanya mendekam di kasur lantai khas penjara yang keras dan dingin.

Terdengar langkah kaki yang berjalan mendekat. Alster mendongak dan merangsek maju saat melihat bahwa sosok itu adalah ayahnya yang datang. Gerard berdiri di depan jeruji besi menatap putrinya tetapi tidak ada sedikitpun ekspresi wajah.

“Ayah...” Alster memanggil tanpa bisa menahan air matanya.

“Jangan menangis,” Gerard mengernyitkan alisnya, lalu menambahkan, “Hanya perlu percaya seperti sebelumnya. Tahan selama beberapa hari karena ayah akan membereskan semua masalah dan membawamu keluar.”

Alster mengangguk mengerti dan berusaha menghapus air mata, walau tetap sesenggukan.

“Aku, aku percaya pada ayah.”

“Bagus,” Ujar Gerard dengan tenang.

Setelah mengucapkan beberapa kalimat janji dan menenangkan, Gerard berjalan meninggalkan sel penjara. Di pintu depan penjara ibukota, kepala penjaga menunduk hormat. Gerard hanya meliriknya sesaat dan berjalan pergi.

Kepala penjaga menghela napas panjang. Lima puluh tahun hidupnya kebanyakan dihabiskan untuk mengurus penjara ibukota. Ia merasa dunia luar sedikit demi sedikit mulai berubah. Lihatlah punggung perdana menteri yang dulu sangat sombong, sekarang tampaknya masa jaya Perdana Menteri Gerard mulai redup.

 Lihatlah punggung perdana menteri yang dulu sangat sombong, sekarang tampaknya masa jaya Perdana Menteri Gerard mulai redup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama hampir sehari penuh, Gerard menangani banyak masalah dan kekacauan yang tertinggal. Baru saja kembali dari diskusi penting dengan Raja Herodias dan beberapa pejabat di faksi mereka, Gerard yang sedang berjalan di koridor lengang bertemu dengan Lidya dari arah berlawanan.

“Kakak apa yang harus kita lakukan?” Tanya Lidya agak panik.

Sejak Gerard mengirim pesan rahasia pada Herodias tentang ancaman Tarqi, Lidya tidak bisa tidur karena ketakutan. Wanita itu tidak menyangka bahwa menjaga kehidupan Tarqi sebagai saksi kunci justru membawa bencana besar.

THRONE - The Real Of The KingWhere stories live. Discover now