XLVI - Besieging The City

14.8K 1.6K 159
                                    

"Open your mind, before your mouth."

Angin timur melolong saat langit mendung dan berkabut di mana-mana. Di dalam tembok pertahanan, keadaan ibukota tampak sangat tegang dan mencekam. Sejak pagi buta, semua kedai dan toko menutup pintu rapat, serta jalanan sepi tanpa pedagang.

Dalam sekejap, lima puluh ribu kavaleri baja hitam secara seragam mengepung ibukota. Dalam helm hitam dan baju besi, prajurit dibagi menjadi sembilan file dan berdiri dalam formasi tepat. Duduk tegak di atas seekor kuda adalah seorang pria muda berjubah hitam dilapisi baju zirah dengan pedang bermata dua di sisinya. Kuda itu sepenuhnya berwarna tinta. Shuan Greer duduk sangat lurus dan tegak memimpin kalaveri black hawk berkuda.

Pintu gerbang ibukota ditutup rapat, penjaga garnisun yang bertugas gemetar ketakutan. Alih-alih memasuki kota, Shuan sama sekali tidak terburu-buru dan justru memberi perintah untuk membangun tenda karena prajurit baru akan menuju istana di malam selanjutnya.

Semua rakyat jelata dan bangsawan menyaksikan pengepungan dengan bersembunyi di rumah. Di salah satu kediaman terbesar, Loey Leodas baru saja memimpin setengah menteri pengadilan dalam sebuah pertemuan rahasia.

Ketika para menteri keluar dari ruangan, setiap ekspresi wajah dari mereka tampak kompleks dan bergejolak. Meski beberapa menteri tetap tenang di permukaan, pembicaraan penting yang baru diselesaikan tidak bisa menutupi keterkejutan mereka.

“Seperti yang saya sampaikan, keputusan akhir tetap ada di tangan kalian,” Loey menjeda kalimat dan tersenyum penuh makna, “Hanya saja, tidak akan ada jalan retret*.”

(*mundur/pisah/kembali)

Para menteri saling melirik dan mengangguk setuju dalam hati. Setelah Loey secara pribadi mengantar tamu-tamunya pergi, pemuda itu kembali berjalan menuju ruang belajar. Langkah kakinya terhenti melihat Leodas berdiri di luar ruangan dan telah menantinya.

Sejak mengundurkan diri dari jabatan, Leodas lebih banyak menghabiskan waktu dengan merenung dan membaca. Meski hubungan ayah-anak itu telah akur, tetapi tidak sepenuhnya dekat dan terbuka. Mereka hanya bertemu ketika makan malam, apalagi dengan kesibukan Loey di pengadilan dan urusan luar.

Menatap putranya dengan keragu-raguan, akhirnya Leodas memutuskan untuk memenuhi rasa ingin tahunya.

“Yang pernah kau katakan tentang seseorang mengendalikan permainan catur, apakah itu Shuan Greer?”

Loey telah menebak apa yang akan ayahnya tanyakan sehingga tidak mengiyakan atau menyangkal dan justru mengukir senyum dangkal.

Leodas sedikit terkejut memahami arti senyum putranya. Pria itu telah merenungkan dan mengaitkan banyak hal, akhirnya meyadari bahwa Shuan Greer harus menjadi orang kuat yang penah Loey sebutkan. Hanya saja meskipun telah menebak sejak awal, Leodas tetap merasa tidak menyangka. Shuan Greer terlahir sebagai darah Klan Greer yang kental dengan kesetiaan pada negara. Jika bukan karena pemuda itu benar-benar ambisius, seharusnya masih ada hal lain yang mengejutkan.

“Mengapa Shuan Greer melakukan itu?” Tanya Leodas setengah bergumam.

“Ayah akan tahu besok pagi.”

Loey tersenyum penuh makna, lalu berjalan memasuki ruangan meninggalkan ayahnya yang terdiam dengan segala pikiran yang berkecamuk.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THRONE - The Real Of The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang