XXVIII - The Feeling

15.3K 1.6K 309
                                    

"There could have been no two hearts so open, no tastes so similar, no feelings so in unison."

Pengadilan Istana berjalan normal seperti biasanya. Setelah Raja Herodias mendengar beberapa laporan, tiba-tiba Gerard membuka suara untuk mengajukan usulan.

“Yang Mulia, saya memiliki rencana yang ingin diajukan tentang kenaikan pajak bagi rakyat.”

Semua suara jatuh pada keheningan. Beberapa pejabat mengernyitkan dahi mereka. Tetapi sebuah suara menyela untuk berbicara. Itu adalah Loey Leodas.

“Yang Mulia, saya keberatan dengan usul Perdana Menteri Gerard.”

Mendadak suasana pengadilan menjadi sedikit lebih berat. Beberapa pejabat yang berada di pihak Gerard memilih untuk mengamati situasi. Menteri Leodas ingin segera menghentikan putranya. Tetapi suara Gerard yang tenang dan dalam lebih dulu menyela.

“Lalu, tolong Menteri Muda Loey untuk memberikan alasan keberatan.”

Loey Leodas menganggukkan kepala dengan sopan. Pemuda itu berbicara dengan sikap yang tidak gentar dan sangat tenang.

“Alasan pertama kenapa pajak rakyat tidak seharusnya dinaikkan adalah fakta bahwa hasil panen dan perdagangan rakyat tidak stabil dalam beberapa bulan terakhir. Kedua, saya mendengar banyak keluhan yang disampaikan ke pengadilan kota tentang fasilitas yang tidak maksimal. Masalah-masalah krusial yang belum terselesaikan tetapi terjadi kenaikan pajak, ditakutkan bahwa itu akan semakin membebani rakyat jelata.”

Gerard mengangguk tanpa menyangkal ucapan menteri muda tersebut. Tetapi di sisi lain, pria itu telah menyiapkan sesuatu untuk diberikan pada Raja Herodias.

“Kekhawatiran Menteri Muda Loey adalah hal maklum,” Ujar Gerard dengan nada tenang dan mengayomi, “Tetapi laporan ini secara gamblang mencatat bahwa dalam setengah tahun terakhir, jumlah lahan yang dimiliki rakyat makin bertambah. Nilai tukar barang semakin tinggi.”

Loey hanya mengerutkan sebelah alisnya melihat laporan yang tersaji di hadapannya. Pemuda itu dengan serius meneliti dan membandingkan dengan detail laporan miliknya. Pemuda itu akhirnya menyeringai samar.

“Yang Mulia, kenaikan pajak belum dilakukan selama satu tahun terakhir. Saya rasa rakyat tidak akan keberatan,” Ucap salah satu pejabat di pihak Gerard.

“Lagipula, pajak dinaikkan juga untuk kepentingan rakyat,” Timpal yang lainnya.

Loey tersenyum dengan tenang mendengar beberapa serangan dari pejabat di pihak Gerard. Pemuda itu mengangguk acuh, lalu berkata.

“Yang Mulia, saya tetap keberatan. Hanya berdasar pada hasil laporan, tidak bisa menjamin bahwa rakyat tidak mengalami keberatan.”

Beberapa pejabat mulai saling melirik. Menteri Rith sebagai salah satu suara berpengaruh belum berkomentar. Hal itu membuat beberapa pejabat yang pro sedikit ragu untuk membuka suara.

“Maksud Menteri Loey, laporan yang disampaikan ke istana tidak sesuai fakta?” Tanya Leodas tiba-tiba membuka suara.

Gerard menyeringai samar, lalu ikut berkomentar, “Sebagai pejabat muda, mungkin Menteri Loey belum terlalu berpengalaman.”

Loey sama sekali tidak terpengaruh pada serangan verbal Gerard dan ayahnya. Ia tetap berdiri keukeuh pada pendiriannya sekuat akar dan setegak pohon.

“Karena Menteri Leodas menyinggung masalah fakta, mari bicara jujur apakah Menteri Leodas telah memastikan dengan mata kepala sendiri bahwa keadaan yang sesungguhnya sesuai dengan laporan?”

Pertanyaan Loey tidak hanya menohok Leodas tetapi juga sebagian besar pejabat, bahkan Raja Herodias. Semua orang tahu bahwa mereka pejabat pengadilan istana tidak mengerjakan hal remeh-temeh dan lebih banyak bergelut dibalik meja berdasarkan tulisan.

THRONE - The Real Of The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang