XXIII - Kidnaped

13.7K 1.5K 342
                                    

"Who dares to touch mine, don't blame me for destroying their most valuable possession."


Sebuah kereta kuda berhenti tepat di depan sebuah kedai sederhana. Karena kedai itu terletak di pinggir Ibukota yang terpencil, hampir tidak ada pejalan kaki atau kereta kuda yang berlalu lalang di jalan.

Seorang wanita berpakaian gelap dengan tudung hitam menutupi wajah berjalan keluar dibantu oleh seorang pelayan wanita. Ratu Lidya sengaja memerintah orang-orangnya untuk memilih lokasi bertemu dengan Hose Groot di tempat yang tidak menarik perhatian sehingga orang lain tidak mungkin mengenalinya.

Pria pengelola kedai yang agak tua segera menyambut pelanggan yang datang. Ia merasa hari itu adalah keberuntungannya karena menerima tamu yang tampak kaya. Pria itu menuntun mereka menuju salah satu ruangan terbaik di lantai dua di mana tamu lain telah menunggu.

Lidya memberi kode pada pelayannya yang segera memberikan sekantong keping perak pada pemilik kedai. Pria itu tersenyum cerah dan segera pergi setelah memastikan seluruh lantai dua dikosongkan.

Ketika pintu ruangan dibuka, pria di dalam bergegas berdiri dan menunduk dengan hormat. Lidya melirik sekilas pada pria yang telah menunggu. Ia melambaikan tangan membuat beberapa pelayan yang tersisa bergegas meninggalkan ruangan dan berjaga di depan.

“Duduklah,” Perintah Lidya dengan angkuh.

Hose mengikuti perintah Lidya untuk duduk dengan wajah yang tegang. Tidak dipungkiri pria itu cukup terkejut saat mendapatkan sebuah surat dengan stempel ratu untuk sebuah pertemuan rahasia.

“Kau Hose Groot?”

“Benar Yang Mulia,” Ucap Hose hati-hati.

“Tidak perlu cemas,” Ujar Lidya dengan nada tenang, “Kau tahu apa tujuanku memanggilmu?”

“Tidak, Yang Mulia.”

Lidya tersenyum samar, lalu berkata, “Hose Groot, aku memanggilmu untuk sebuah kerjasama yang menguntungkan.”

Hose sedikit mengangkat pandangannya dengan terkejut tapi segera merasa lega karena ternyata tidak ada hal buruk yang akan terjadi padanya. Ia sudah cemas sebelumnya karena menebak-nebak tujuan Ratu Lidya ingin bertemu dengannya secara rahasia. Setelah menyadari bahwa Ratu Lidya justru ingin menjalin kerjasama, Hose merasa sangat bersemangat.

“Yang Mulia, kerjasama seperti apa yang ingin anda tawarkan?”

Lidya tidak terburu-buru untuk menjawab. Ia meletakkan tangannya di atas meja sambil mengetukkan jarinya.

“Menculik Putri Irish dan merusak kesuciannya.”

Jawaban tidak terduga itu sukses membuat Hose terkejut. Meski pria itu pernah mendengar rumor tentang perlakuan buruk Ratu Lidya pada Putri Irish, tetapi tidak disangka bahwa Ratu Ivory benar-benar orang yang kejam.

Namun, jika hal itu akan menguntungkan baginya tentu kesempatan tidak boleh dilewatkan. Pria itu berdehem pelan, lalu mengulas seringai samar.

“Bisa bekerjasama dengan Yang Mulia merupakan keberuntungan yang besar,” Ucap Hose mulai menjilat, “Tetapi, tugas seperti itu adalah hal yang sangat berisiko. Saya tidak bisa melakukan transaksi dengan taruhan nyawa dengan gegabah.”

Lidya menyeringai mendengar maksud tersembunyi dari ucapan Hose. Seperti yang diduga dari darah pelayan rendahan yang serakah dan licik seperti Tarqi, putranya tidak akan jauh berbeda. Tetapi justru karena itu Lidya merasa sangat puas.

“Tentu saja ada banyak keuntungan yang akan kau dapatkan. Selain dua ratus keping emas yang akan aku berikan, kau juga akan mendapatkan jaminan dengan posisi stabil sebagai pejabat kota,” Tawar Lidya, “Selain itu, aku juga bisa memberimu pernikahan dengan Putri Irish.”

THRONE - The Real Of The KingWhere stories live. Discover now