XLIII - The Began

17.7K 1.5K 222
                                    

"What a plot twist you were."

Seorang pria mengetuk pintu dan melangkah masuk dengan hati-hati. Melihat Tarqi duduk di depan meja menyusun banyak rencana hingga tengah malam, anak buah itu menunduk kecil untuk melaporkan sesuatu.

“Tuan, Perdana Menteri Gerard tampaknya tengah merencanakan sesuatu. Beberapa waktu lalu, mereka juga mencari kelompok pembunuh lizard.”

Tarqi menegakkan duduk dan kembali teringat informasi tentang rencana Gerard untuk melenyapkan klannya. Wajah pria itu berangsur-angsur menjadi semakin buruk mengetahui bahwa Gerard bahkan berencana menyewa kelompok lizard.

“Tuan, apa yang akan anda lakukan?” Tanya anak buahnya dengan gelisah.

Tarqi terdiam beberapa saat, lalu menyunggingkan senyum sinis.

“Kita tidak mungkin menang melawan perdana menteri sendirian. Kita harus memiliki dukungan kuat untuk berlindung sementara waktu.”

“Siapa yang anda maksud?” Anak buah itu bertanya penasaran.

Tarqi mengusap janggutnya dan tiba-tiba mendapat sebuah rencana. Ia berpikir untuk sesaat, lalu mengambil selembar kertas dan mulai menuliskan sesuatu. Setelah beberapa waktu, ia menyerahkan surat itu pada bawahannya.

“Kirim surat ini ke kediaman Menteri Sevra secara rahasia.”

Anak buah itu mengernyit heran tetapi mengangguk mengerti. Baru saja akan berbalik, Tarqi kembali memanggil untuk memberi perintah.

“Kumpulkan semua bukti yang tersimpan. Saat waktunya tiba, kita akan membuat pertunjukkan.”

Anak buah itu sedikit bingung dengan perintah tuannya. Tapi melihat Tarqi tidak menjelaskan apapun lagi, ia mengangguk patuh dan keluar dari ruangan.

Matahari telah terbit menyinari daun-daun dan menembus jendela kaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Matahari telah terbit menyinari daun-daun dan menembus jendela kaca. Irish mengerjap dan membuka mata hanya untuk mendapati pemandangan yang membuatnya terpana. Ia berbaring di lengan seorang pria dengan kedua tangan masih melingkar di pinggang.

Ketika mendongak, Irish melihat wajah tampan yang masih tertidur lelap. Bulu mata Shuan yang panjang sedikit berkibar dan alis tebalnya yang mengerut membuat tampilan pria itu terlihat lebih menawan dalam jarak dekat.

Irish secara tidak sadar ingin beranjak duduk tetapi segera merasakan sakit dan pegal. Selimut yang menutupi tubuhnya sedikit melorot dan segera mengungkapkan banyak jejak merah yang jelas. Jubah mandi dan beberapa bantal berserakan di lantai membuat pipi Irish segera memerah mengingat kembali hal-hal semalam.

“Bangun?” Suara yang serak dan malas terdengar.

Irish segera memasang ekspresi tenang dan menoleh ke sumber suara. Pria itu tertawa serak melihat istrinya berusaha tenang dengan wajah yang sedikit merona.

THRONE - The Real Of The KingWhere stories live. Discover now