XIV - Three Year Ago

13.9K 1.7K 325
                                    

"When it comes to the past, everyone writes fiction."


Tiga tahun yang lalu...

Memasuki musim salju di Ivory, angin malam mulai terasa membekukan sampai ke tulang-tulang. Hari itu adalah hari ulang tahun Putri Irish Liht yang ke tujuh belas. Hari itu pula bertepatan dengan hari di mana tragedi berdarah duapuluh tahun silam terjadi.

Dengan langkah terseok, dua pelayan muda memapah seorang gadis cantik untuk berbaring di ranjang. Jili dan Jane saling berpandangan dalam rona khawatir mengingat hari itu adalah kali pertama Irish Liht akhirnya mabuk untuk yang perdana.

Jane dan Jili telah berjanji di suatu hari yang cerah ketika sedang berbincang hangat dengan tuannya. Saat itu Irish mengeluh karena ingin mencoba arak untuk pertama kali. Akhirnya Jane dan Jili berjanji jika usia Irish mencapai tujuh belas tahun, maka mereka akan menghadiahkan sebotol arak.

Namun, siapa yang tahu justru saat harinya tiba, Jane dan Jili yang secara diam-diam mencuri arak dari gudang minuman istana itu justru mengambil botol yang memiliki kadar tertinggi. Irish tidak bisa menahan diri dari sukacita segera menjadi mabuk setelah menghabiskan hampir satu gelas penuh.

Jili dan Jane menjadi sangat panik akan ketahuan pelayan lain dan hanya bisa buru-buru membawa Irish untuk segera beristirahat di kamar. Kedua pelayan itu memastikan sekali lagi tuan mereka telah diselimuti dengan hangat, lalu mematikan cahaya lilin dan keluar dari ruangan.

Beberapa saat setelah Jane dan Jili pergi, sebuah bayangan hitam melompat setelah membuka jendela ruangan. Seorang pemuda tampan mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.

Dari semua tempat dan sudut istana kerajaan yang telah ditandai, tersisa kastil timur sebagai tempat pencarian terakhir.

Shuan Greer berjalan tanpa suara dan memindai sekitarnya. Semua perabotan di ruangan itu merupakan jenis yang kualitasnya paling buruk di antara ruangan istana yang pernah pemuda itu masuki. Kamar itu sangat sederhana jika dibandingkan dengan ruangan keluarga kerajaan lainnya.

Ketika Shuan masih sibuk menyisir sekelilingnya, sebuah tangan yang lembut tiba-tiba terulur untuk menepuk bahunya.

Seketika tubuh ringkih dan lembut Irish didorong kuat-kuat hingga menabrak dinding batu di belakang. Segera setelah itu, sebuah tangan panjang terasa sedingin es meraih tenggorokan gadis itu bersama wajah tampan yang beringsut mendekat.

Mantel dingin Shuan Greer menyentuh wajah Irish. Mata yang cerah seperti matahari dipadukan dengan seringai bibir yang mempesona. Pandangan itu begitu jelas hingga terlihat berbahaya. Tangan yang memegangi leher itu sangat ramping dan cantik, tetapi terdapat kekuatan yang sangat besar.

Mata Shuan menjadi lebih gelap di bawah cahaya bulan dan pesonanya seperti ditarik dari lukisan. Semakin mempesona pemuda itu, semakin brutal senyumnya. Ia seperti seekor kucing yang baru saja menangkap tikus dan tidak menunjukkan sedikitpun kepedulian. Yang ada hanyalah keinginan untuk membunuh.

Sepasang mata jernih yang terlihat lebih redup dari cahaya lilin memandang Shuan hanya berkedip. Mata gadis itu menggambarkan kesedihan, keputusasaan, dan hanya sedikit kebahagiaan.

Tiba-tiba satu tangan Shuan terulur hanya untuk menutupi kelopak mata gadis di depannya. Pemuda itu sedikit menunduk dan berbisik di samping telinga Irish, lalu berkata dengan suara lembut.

“Jangan menatapku, aku tidak akan tega.”

Bersamaan dengan cengkeraman tangan yang lepas, tubuh Irish seketika merosot ke lantai. Gadis itu setengah bersandar di dinding sambil cegukan.

Shuan berjongkok di depan gadis itu sambil mengernyitkan dahinya. Ketika mengangkat wajah gadis itu, ia mencium bau arak dan seketika menyadari gadis itu sedang mabuk berat.

THRONE - The Real Of The KingWhere stories live. Discover now