XX - Suspiciousness

12.9K 1.6K 276
                                    

"Injustice anywhere is a threat to justice everywhere."

Shuan berjalan masuk ke ruangan kerjanya. Pemuda itu melepas jubahnya, lalu duduk di sofa malas. Keith mengetuk pintu beberapa kali. Pria itu masuk membawa sebuah undangan berwarna perak dan menyerahkan pada tuannya.

"Tuan, waktu jamuan dalam undangan yang dikirim Putri Arabelle untuk tamu lain dan Putri Irish berbeda satu jam."

Ekspresi wajah Shuan sedikit muram saat mendengar laporan dari Keith. Pemuda itu melirik waktu jamuan yang tertulis di dalam undangan yang dikirim Pangeran Derrek padanya, kemudian hanya menyerahkan kembali pada Keith.

"Tuan, apa perlu menginformasikan pada Putri Irish?"

Shuan mengusap bibirnya, lalu berkata, "Tidak perlu."

"Tapi, Putri Arabelle pasti sengaja menuliskan waktu di undangan Putri Irish berbeda dengan tamu lain agar datang terlambat dan bisa dipermalukan."

"Kita lihat siapa yang berani mempermalukannya," Jawab Shuan dengan santai, lalu bertanya, "Sudah menyiapkan apa yang aku minta?"

Keith mengangguk untuk mengiyakan, lalu menjawab, "Penjahit terbaik sudah menyelesaikannya dan akan segera dikirimkan."

Shuan mengangguk puas dan hanya melambaikan tangan membuat Keith undur diri dari ruangan. Setelah beberapa saat merenung, pemuda itu beranjak dari duduk sambil meraih jubahnya dan keluar dari ruangan.

Irish sengaja membuka jendela kamarnya dan duduk di bawah sinar bulan sambil membaca buku yang Pangeran Elliot berikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irish sengaja membuka jendela kamarnya dan duduk di bawah sinar bulan sambil membaca buku yang Pangeran Elliot berikan. Baru menyelesaikan beberapa halaman, embusan angin membawa seorang pemuda tampan yang melompat ringan melalui jendela.

Shuan mendapati Irish telah menunggunya sambil membaca. Pemuda itu berjalan santai menghampiri Irish, lalu duduk di hadapan gadis tersebut.

"Menungguku datang?"

Irish hanya melirik Shuan dengan acuh tak acuh. Ia menutup bukunya untuk diletakkan di atas meja, lalu menatap pemuda tersebut.

"Seseorang berjanji membawa informasi. Bagaimana bisa tidur tenang?"

Shuan menahan senyuman dan hanya mengangguk setuju. Pemuda itu melirik buku di atas meja, kemudian matanya berubah menampilkan sedikit kilat cemberut.

"Tuangkan minuman."

Irish mendengus dalam hati mendengar perintah pemuda itu. Tapi pada akhirnya ia hanya mengalah dan menuangkan air putih yang sengaja telah diisi dalam teko. Irish menggeser cangkirnya ke hadapan pemuda itu.

"Bagaimana hasilnya?"

Shuan meneguk airnya, lalu meletakkan cangkirnya dan hanya menyeringai malas, "Tidak ada."

"Kau yakin Putri Arabelle tidak merencanakan sesuatu?"

"Harusnya tidak."

Irish menatap pemuda di depannya untuk beberapa saat. Kenapa mendadak mood pemuda itu menjadi murung. Irish yakin tidak menyinggung apapun sebelumnya. Tapi karena Shuan sudah mengatakan Putri Arabelle tidak merencanakan apapun di jamuan minum teh, ia mengangguk kecil karena lega.

THRONE - The Real Of The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang