XXV - The Offer

13.2K 1.6K 145
                                    

"Faith is taking the first step even when you dont see the whole staircase."

Setelah kejadian pemerkosaan, kabar lain dari kediaman perdana menteri kembali santer berembus. Alster Gerard dikabarkan mengalami trauma berat. Gadis itu hanya akan menangis dan mengamuk sepanjang hari membuat Nyonya Gerard akan pingsan berkali-kali. Beberapa dokter terhebat dari rumah sakit atau istana telah didatangkan tetapi belum ada kemajuan yang berarti.

Sudah dua hari berlalu sejak kejadian pemerkosaan itu, pengadilan kota belum menemukan pelaku kejahatan. Orang-orang hanya bisa menghirup udara dingin dan mempertanyakan kinerja aparat berwenang.

Bahkan kasus yang melibatkan putri perdana menteri, tetapi pelaku belum juga ditangkap. Bukan tidak mungkin kejadian yang sama akan terulang pada putri bangsawan lain. Mereka hanya bisa menambahkan penjagaan di kediaman masing-masing.

Namun, kejadian itu justru berimbas pada pengadilan kerajaan yang tampak lebih bersahabat karena absennya Gerard. Raja Herodias sendiri telah menunjukkan kepedulian dengan membebaskan perdana menteri dari beberapa urusan agar fokus merawat keadaan putrinya.

Tentu saja hal itu tidak dilewatkan oleh pejabat yang bertentangan dengan perdana menteri. Mereka berlomba mengajukan keputusan-keputusan tanpa harus khawatir dengan pendapat Gerard yang menentukan. Bahkan Loey telah memasukkan lebih banyak pihak-pihaknya di setiap bagian kementerian.

Di ruangan pribadinya, Ratu Lidya tampak berjalan mondar-mandir sambil meremas-remas jemarinya karena cemas. Salah satu alasan bahwa pengadilan kota belum juga menemukan pelaku tidak lain karena wanita itu telah turun tangan membersihkan semua hal.

Kastil Ratu Lidya mendadak suram untuk beberapa hari terakhir. Bahkan pelayan sangat hati-hati hanya untuk sekadar berjalan agar tidak membangkitkan amarah tuannya.

“Apa sudah ada surat balasan dari kediaman perdana menteri?”

Pelayan setia yang berdiri di belakang hanya menggeleng dengan hati-hati. Lidya duduk dan semakin meremas jari. Kakaknya masih belum bisa ditemui karena masalah serius yang terjadi pada Alster. Ia tidak bisa berdiskusi tentang kemungkinan dalang dibalik pertukaran korban.

“Cepat kirim seseorang untuk mengawasi kegiatan pelacur kecil itu!”

Pelayan mengangguk patuh dan segera keluar dari ruangan.

Berbeda dengan kondisi istana, di salah satu ruangan terbelakang di kediaman perdana menteri, seorang pria berlutut di lantai setelah dipukuli oleh dua penjaga hitam. Gerard menatap pria yang babak belur itu dengan wajah kaku dan kilat membunuh.

“Orang sepertimu lebih pantas untuk mati!”

Hose Groot tertawa serak, lalu terbatuk dan meludahkan seteguk darah. Ketika pria itu baru saja keluar dari kediamannya, dua orang pria memberengkusnya ke dalam karung. Siapa yang menyangka ia akan berhadapan langsung dengan perdana menteri dan dipukuli orang-orangnya.

“Perdana menteri pasti lupa siapa yang berada di balik semua itu.”

“Bajingan!” Gerard sangat geram dan menendang dada Hose hingga tersungkur ke belakang, “Kau tahu sangat mudah bagiku untuk memenjarakan dan membunuh seluruh keluargamu!”

Hose kembali tertawa seakan kalimat Gerard adalah lelucon. Dengan wajah hancur dan bengkak yang semakin mirip dengan babi, pria itu mendongak sambil menyeringai licik.

“Coba saja,” Hose kembali menyeringai meski sudut bibirnya luar biasa sakit, “Tetapi aku juga akan menarik Ratu Lidya ikut serta.”

Gerard sangat geram dengan ancaman Hose Groot. Ia adalah perdana menteri kerajaan yang memiliki kekuatan mutlak di belakang raja. Menerima ancaman anak bau kencur seperti Hose adalah hal yang tidak bisa harga dirinya terima.

THRONE - The Real Of The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang