XXXVIII - Suicide

15.2K 1.6K 383
                                    

"When injustice becomes law, rebellion becomes duty."


Matahari sudah terbenam dan obor-obor di dinding penjara mulai menyala. Seorang petugas jaga yang sedang berpatroli mendadak menghentikan langkah di depan salah satu sel penjara. Petugas patroli itu mendekat, lalu mundur ketakutan saat mendapati tubuh seorang tahanan wanita sudah terbujur dingin dengan kepala setengah menggantung pada kain yang diikat ke jeruji besi.

Dalam waktu singkat, berita tentang bunuh diri Alster Gerard dalam sel penjara menyebar ke seluruh ibukota. Saat mendapat pemberitahuan itu, Gerard sedang berada dalam diskusi penting bersama beberapa anggota faksi. Pria itu terhuyung hampir jatuh dan beberapa orang diam-diam menghela napas berat.

Nyonya Gerard pingsan di tempat ketika mengetahui tentang bunuh diri putrinya. Beberapa waktu setelah bangun, wanita itu dikabarkan mengalami pukulan psikologi yang besar sehingga pikirannya menjadi kacau. Ia memerintah para pelayan untuk membersihkan kamar, memasak makanan enak, dan mengatakan hal acak bahwa Alster akan pulang karena merindukannya.

Hanya sekejap saja, kediaman Bangsawan Gerard yang kacau dalam suasana duka dan tangisan kembali menjadi perbincangan rakyat.

Ketika berita menggemparkan itu sampai di istana, Jane baru saja selesai membersihkan meja dari sisa makan malam. Jili setengah berlari masuk ke ruangan membuat Irish yang sedang menyesap teh pencernaan mendongak karena heran.

“Tuan Putri...” Panggil Jili terengah-engah.

“Ada apa?” Irish bertanya.

“Berita menggemparkan baru saja sampai di istana utama. Putri perdana menteri bunuh diri di sel penjara.”

Meski tidak banyak bereaksi di permukaan, informasi yang Jili sampaikan tak ayal membuat Irish terkejut. Gadis itu terdiam beberapa saat, kemudian bertanya.

“Apakah ada berita lain tentang kematian itu?”

Jili menelengkan kepala, lalu menjawab sesuai berita yang didapat dari pelayan lainnya.

“Kediaman perdana menteri masih kacau dan belum mengeluarkan pengumuman. Tapi Raja Herodias memerintah kehakiman untuk menutup kasus Hose Groot dan meminta prosesi pemakaman Alster Gerard dilakukan secepat mungkin.”

Irish menurunkan bulu mata untuk menyembunyikan ejekan, sebelum kembali mengangkat pandangan dengan tenang. Di mata orang lain, sikap Herodias tentu saja menunjukkan duka cita yang dalam untuk keponakannya dengan prosesi penghormatan terakhir dan tidak ditunda-tunda hanya untuk penyelidikan atau otopsi.

Tapi, bagaimana mungkin perlakuan itu tulus? Herodias jelas melakukan hal itu karena sangat diuntungkan. Dengan kematian Alster, kasus Hose tidak akan berlarut-larut dan pihak Tarqi akan puas sehingga tetap tutup mulut.

“Kasihan sekali,” Ujar Jane tiba-tiba, “Siapa yang menyangka putri perdana menteri akan berakhir seperti itu.”

“Kasihanku hanya sedikit,” Timpal Jili, lalu mengingatkan, “Sejujurnya aku masih sangat dendam dengan peristiwa saat gadis angkuh itu menuduh putri kita mencuri gelangnya yang jatuh!”

Jane dan Jili akhirnya kembali mengingat peristiwa beberapa tahun silam saat Irish baru menginjak usia lima belas. Alster dan Lilith adalah duo yang selalu membuat Irish menderita di dalam maupun luar istana. Itu adalah kenangan paling menyakitkan di mana Irish sedang demam tapi Ratu Lidya melarang makanan dan obat dikirim ke kastil timur selama tiga hari karena Alster mengadu bahwa Irish mencuri gelangnya. Andai saja Jili dan Jane tidak menyelinap keluar istana dan menjual apapun yang berharga untuk beberapa potong kue, mereka sudah mati kelaparan.

THRONE - The Real Of The KingOnde histórias criam vida. Descubra agora