XLVII - The Crown

25.7K 1.8K 685
                                    

"Im coming for my crown."

Angin malam yang dingin hampir membekukan tulang-tulang. Langit ibukota yang gelap tanpa bintang, mendadak terang benderang karena cahaya obor tentara. Genderang ditabuh ketika gerbang ibukota dibuka. Suara langkah kaki prajurit yang bergema menambah suasana mencekam.

“Kepung istana!” Suara Shuan Greer yang serak dan dalam menciptakan gaung yang panjang.

Di depan ratusan ribu prajurit Greer, pasukan kerajaan bagaikan debu jalanan. Langkah prajurit yang berderap dalam formasi tepat segera memobilisasi ibukota. Ada tentara berbaju besi di mana-mana menjaga sepanjang jalan utama. Selain formasi khusus yang dipimpin Shuan untuk mengepung istana, para prajurit melumpuhkan beberapa kediaman pejabat.

Sisa kekuatan faksi Gerard dan Herodias runtuh dalam sekejap di bawah tekanan tinggi tentara Greer. Masih ada beberapa pejabat veteran yang tidak pandai melihat situasi dan melarikan diri tapi segera tertangkap.

Di aula istana yang dingin, bayangan bulan bersinar di atas lantai marmer. Raja Herodias duduk di singgasananya dalam suasana hati tegang. Meskipun terdapat prajurit pribadi dan tentara lapis besi yang melindungi raja dalam formasi ketat, degup jantungnya masih berdebar hebat. Penasihat raja berdiri di belakang dengan tangan gemetar walaupun mereka memiliki rencana darurat untuk bernegosiasi dengan Shuan Greer.

Api berkobar ketika seruan tentara terdengar hingga ke penjuru tempat. Gerbang istana dibuka dan segera menyuguhkan derap langkah prajurit yang memasuki aula utama membentuk formasi melingkar.

“Istana telah dikepung!” Teriak salah satu tentara black hawk.

Segera setelah itu, aula istana dikelilingi bunyi berdesing karena dua kubu prajurit mengacungkan tombak dan menarik pedang. Melihat bahwa tentara Greer begitu sengit mengepung penjaganya, Raja Herodias mendengus dalam hati dan berdiri dengan percaya diri di depan singgasana.

Suara langkah kaki yang mantab terdengar mendekat. Tentara black hawk segera membuka jalan seperti gelombang yang terbelah dua. Seorang pemuda dengan senyum sembrono berjalan dengan santai tetapi menyebabkan momentum yang kuat. Matanya yang berkilau acuh tak acuh seperti singa yang sedang memburu mangsa.

“Shuan Greer...”

“Hehe...” Shuan meringis santai membuat Herodias mengatupkan giginya dengan penuh kebencian yang terpendam.

Sedetik setelah itu, terdengar suara tangisan dan jeritan memberontak. Lidya, Ludrick, Lilith, dan puluhan pelayan setia mereka yang bersembunyi di istana belakang telah digiring oleh tentara black hawk memasuki aula utama. Mereka didorong dan ditekan dengan kasar untuk duduk di lantai marmer.

“Berani sekali kalian!”

Teriakan Lidya segera bungkam ketika prajurit menarik pedang dan mengarahkan tepat ke lehernya membuat warna wajah wanita itu menjadi pucat. Lilith dan para pelayan wanita yang masih menangis dan mengutuk dengan penuh kebencian segera menutup mulut gemetaran.

“Shuan Greer, jangan impulsif dan mari bicara dari hati ke hati,” Herodias berusaha menahan kemarahan dalam hatinya.

Oh,” Shuan mengaitkan ujung bibirnya dengan seringai mengejek.

“Jika kau menginginkan tahkta, tidak perlu khawatir karena aku akan memberikannya padamu,” Ucap Herodias penuh nada persuasif, lalu berkata dengan serius, “Apa yang terjadi pada Argus adalah kejahatan Gerard dan faksi-nya. Kau harus tahu bahwa aku dan Argus adalah saudara sumpah dan tidak akan saling menyakiti. Mereka semua hanya menjebak dan menuduhku untuk kepentingan diri sendiri!”

THRONE - The Real Of The KingWhere stories live. Discover now