XXXIII - Handkerchief

13.6K 1.6K 490
                                    

"Everyday i lost myself inside her world."


Elliot meletakkan surat yang baru saja dibaca ke meja kerja. Beberapa waktu lalu, penasihatnya telah menyampaikan pesan dari Raja Gaile yang memberikan perintah pada seluruh utusan untuk kembali ke Ursula dan membatalkan pembicaraan aliansi dengan Ivory.

Penasihat mengatakan bahwa Raja Nexsus telah menawarkan kesepakatan jalur perdagangan bebas bagi Ursula tetapi dengan syarat membatalkan aliansi bersama Raja Herodias.

“Bagaimana Ayah Raja bisa melakukan ini?” Elliot mengeluh dengan keputusan ayahnya yang tiba-tiba, “Menyetujui tawaran Nexsus sama saja dengan mengucilkan pihak Ivory.”

Penasihat membersit hidungnya, lalu mengingatkan, “Sejak awal Yang Mulia memang tidak setuju dengan rencana anda. Sangat wajar jika beliau lebih memilih tawaran Nexsus dan meminta anda kembali tanpa perlawanan.”

Elliot menghela napas frustasi dan menyenderkan punggungnya di sandaran kursi dengan lesu. Ayahnya benar-benar serius dan tidak bisa dibujuk lagi agar mau memberinya pernikahan. Kali ini, ia benar-benar harus kembali ke Ursula.

“Apakah semua persiapan sudah selesai? Kapan kita kembali ke Ursula?”

“Semuanya sudah beres,” Jawab penasihat, “Sesuai ketentuan yang dijadwalkan Yang Mulia, rombongan akan berangkat tiga hari lagi.”

Elliot tampak merenung untuk beberapa saat. Tiba-tiba pemuda itu bangkit dari duduknya dan beralih pada penasihat.

“Ayo kunjungi kastil timur.”

“Pangeran, tunggu...”

Penasihat belum menyelesaikan kalimatnya saat Elliot sudah lebih dulu berjalan keluar dengan semangat. Penasihat hanya bisa menghela napas tidak berdaya dan buru-buru mengikuti tuannya.

Ketika Elliot dan penasihatnya memasuki kastil timur, hal pertama yang mereka lihat adalah sosok Irish sedang duduk di halaman bersama dua pelayannya. Senyum Elliot langsung muncul, tetapi matanya memiliki lapisan sedih.

Jane dan Jili segera menoleh saat mendengar langkah kaki yang mendekat. Mereka segera berdiri di belakang Irish dan menunduk kecil. Irish ikut mendongak, lalu beranjak dari duduk dengan tenang.

“Pangeran Elliot,” Sapa Irish sesuai protokol resmi kerajaan, lalu bertanya dengan penasaran, “Apakah ada urusan tertentu yang membuat pangeran datang?”

Elliot hanya tersenyum kecil, “Kebetulan lewat dan ingin mampir.”

Irish ber-oh-ria dan mengangguk mengerti. Ia segera mempersilahkan duduk dan memerintah dua pelayan menyajikan minuman.

“Tiga hari lagi, saya dan rombongan akan kembali ke Ursula,” Ujar Elliot tiba-tiba.

Irish meletakkan cangkirnya dengan anggun ke meja, lalu mengangguk kecil.

“Saya sudah mendengar beritanya.”

Elliot ingin mengatakan sesuatu tetapi menjadi bingung saat melihat ekspresi Irish sangat acuh seperti biasa. Tiba-tiba jantungnya serasa diremas sehingga ia hanya bisa mengukir senyum kecewa.

“Saat saya sudah berada di Ursula, saya akan mengirim surat dan buku-buku untuk Putri Irish. Apakah putri tidak keberatan?”

Irish mengangkat pandangan dan mengangguk sopan, “Terima kasih banyak untuk kebaikan pangeran.”

“Tolong jangan terlalu sopan,” Elliot melambaikan tangan dengan senyum kecut, “Saya berpikir kita sudah cukup akrab untuk memberi satu sama lain.”

Gerakan Irish untuk mengusap tepi cangkirnya berhenti. Bahkan, jika ia bodoh dan tidak berpengalaman dalam romansa, ia menyadari Elliot memiliki perasaan istimewa padanya. Bukannya Irish terlalu percaya diri, ia mengerti karena terbiasa mengamati.

THRONE - The Real Of The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang