XXXVII - Identity

16.3K 1.7K 772
                                    

"Hold my hand and I'll take you there, somehow, someday, somewhere."

Cahaya lilin yang remang-remang menerangi ruangan ketika Irish hanya membolak-balikkan tubuh di atas ranjang karena tidak bisa terlelap. Gadis itu merasa sangat jengkel dan tidak puas mengingat kembali pada penyelidikannya yang menghasilkan beberapa hal tidak terduga.

Suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan membuat pikiran Irish yang tenggelam segera sadar. Gadis itu menarik selimut sampai dagu dan membalikkan badan untuk berpura-pura tertidur lelap.

Berhenti tepat di samping ranjang, Shuan menarik tirai tempat tidur dan mendapati Irish yang berbaring sengaja membelakanginya. Shuan tersenyum licik saat melihat gadis itu memejamkan mata dengan napas yang tampak teratur. Gadis itu menjadi sedikit panik saat merasakan sebelah kasurnya terperosok karena beban seseorang yang naik ke ranjang.

“Apa yang kau lakukan?!”

Irish berbalik dan melotot terkejut saat mendapati wajah Shuan hanya beberapa inci dari wajahnya. Gadis itu merasa sangat panik sehingga berusaha memukul  bahu Shuan untuk menjauh. Sayangnya pemuda itu segera menangkap kedua pergelangan tangannya. Irish marah dan malu dengan berjuang keras untuk melepaskan diri.

“Shuan Greer menyingkir!” Irish melotot.

Shuan tertawa pelan melihat wajah Irish yang memerah tetapi berusaha terlihat sangat galak. Pemuda itu menarik Irish untuk duduk, lalu menggulungkan selimut ke tubuhnya seperti kepompong.

“Shuan, aku tidak bisa bergerak!” Irish menggeliat dan menggertakkan gigi.

Shuan hanya tersenyum sangat tampan dan beranjak dari ranjang. Pemuda itu duduk di depan meja dan menuang secangkir minuman untuk dirinya sendiri. Ia minum seteguk sebelum melirik gadis di atas ranjang yang tampak marah dan justru menganggapnya sangat menarik.

Irish menjadi semakin jengkel. Ia berhenti berjuang dan menatap pemuda itu dengan kesal.

“Apa yang kau inginkan?!”

Shuan meletakkan cangkirnya, lalu berkata, “Kemarilah, aku tahu kau punya banyak pertanyaan.”

Irish menolak untuk datang, kemudian mendengus dan membuang wajah. Gadis itu merajuk dengan kembali berbaring dan membalikkan tubuh.

“Tidak ada.”

Shuan memberikan jawaban oh singkat yang bermakna.

“Kau ingin aku menggendongmu ke sini?”

Cuping telinga hingga leher Irish segera memerah. Gadis itu menggertakkan gigi dengan kesal, lalu membuang harga dirinya dengan berbalik dan melemparkan gulungan selimut. Ia beranjak dan berjalan menuju meja, lalu duduk di hadapan Shuan dengan cemberut.

Di luar sangat sepi, bahkan suara burung dan jangkrik tidak terdengar karena seluruh kota telah jatuh ke dalam tidur lelap. Untuk beberapa saat berlalu, tidak ada yang berencana membuka mulut. Akhirnya, Shuan tidak berdaya melihat Irish sengaja mengacuhkannya.

“Mari kita mulai membahas apa yang ingin kau ketahui.”

Suara serak pemuda itu sangat bagus untuk didengar di malam hari. Nadanya memiliki jejak kelembutan yang sengaja diucapkan ketika berbicara pada seorang kekasih. Irish mendongak hanya untuk bertemu tatapan penuh perhatian pemuda tersebut. Mendadak gadis itu kembali tenggelam dalam pikiran.

Menyadari pikiran Irish sudah melayang, Shuan mengetuk meja dengan lembut. Setelah beberapa waktu terdiam, gadis itu mendongak untuk menatapnya dengan tenang dan serius.

“Shuan Greer, siapa kau sebenarnya?”

Meskipun telah memprediksi pertanyaan yang akan Irish lontarkan, gerakan Shuan mengusap tepi cangkirnya berhenti untuk beberapa saat. Cahaya lilin berkedip samar. Sepasang mata hitam yang sedalam lautan menatap Irish dengan tenang. Ekspresi wajah pemuda itu hanya menunjukkan senyum mengambang. Ia mengeluarkan sebuah belati dari dalam jubahnya untuk diletakkan di atas meja.

THRONE - The Real Of The KingWo Geschichten leben. Entdecke jetzt