XL - Northland

16.6K 1.7K 417
                                    

"I will wait for you because honestly i don't want anyone else."


Karena kesibukan dalam pengadilan dan menyelesaikan banyak urusan, Loey menjadi semakin jarang bertemu Sheeba Lucille. Gadis itu sedang mempoles kertas lukisan dengan warna acak-acakan ketika mendengar langkah kaki yang berderap memasuki ruangan. Sheeba menoleh dan mendapati pelayan setianya setengah terengah tetapi tersenyum sangat lebar.

"Nona, tebak siapa yang berkunjung?"

"Siapa?" Sheeba membalik pertanyaan tanpa antusias.

Gadis pelayan itu berbinar-binar sebelum menjawab, "Itu Menteri Muda Loey Leodas."

Mendengar nama yang beberapa waktu ini jarang ditemui membuat ekspresi bosan Sheeba seketika berubah menjadi cerah. Gadis itu meninggalkan peralatan melukisnya dan segera beranjak penuh vitalitas. Gadis pelayan itu hanya bisa mengeluh melihat nonanya berlari ceroboh dan mengabaikan etiketnya sebagai bangsawan.

Sesampainya di ruang tamu, pemandangan Tuan dan Nyonya Lucille yang duduk bersama Loey segera masuk ke mata. Sheeba melompat gembira dan duduk di samping Loey membuat dua pasangan Lucille megap-megap. Mereka tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis menyaksikan tingkah putrinya yang tidak mencerminkan sikap malu-malu gadis bangsawan sedikit pun.

Loey sudah terbiasa dan justru merasa terhibur dengan sikap imut gadis itu. Ia hanya tersenyum tidak berdaya dan membiarkan Sheeba menarik-narik lengan bajunya.

"Ke mana saja kau selama ini? Begitu sibuk sampai tidak memiliki waktu mengajakku keluar untuk bermain lagi!" Sheeba ber-hump-ria dengan penuh protes.

Ekspresi Tuan Lucille menjadi sedikit malu dan tidak berdaya. Ia hanya bisa menegur putrinya dengan panggilan tegas.

"Sheeba, bersikap lebih sopan."

Sheeba hanya bisa cemberut membuat Loey mengacak puncak kepalanya dengan lembut. Pemuda itu beralih pada pria paruh baya yang tampak canggung di depannya dengan raut memaklumi.

"Tidak apa-apa, marquis jangan terlalu sopan," Ujar Loey, lalu beralih pada gadis di sampingnya, "Akhir-akhir ini aku sangat sibuk di pengadilan. Lain waktu, aku akan membawamu keluar untuk bermain lagi."

Tuan Lucille sedikit terkejut dan tidak bisa berkata-kata mendengar kalimat pemuda it. Sedang, senyum lebar hampir merobek bibir Nyonya Lucille. Sheeba teringat sesuatu dan segera mengalihkan kembali perhatian.

"Ayo, aku akan menunjukkan karya lukis maestro buatanku," Ajak Sheeba bersemangat.

Bibir beberapa pelayan yang keluar-masuk menyajikan minuman sedikit bergetar. Apakah gambar acak-acakan seperti cekeran ayam itu yang nonanya maksud sebagai karya maestro? Mereka tiba-tiba ingin menangis di dalam hati.

Nyonya Lucille secara alami tahu keahlian melukis putrinya sehingga sudut mulutnya hanya bisa berkedut. Tuan Lucille tidak begitu peduli tetapi justru memikirkan sesuatu yang lebih penting. Pria paruh baya itu berdehem singkat dan berbicara pada putrinya.

"Ada beberapa hal yang harus ayah diskusikan dengan Menteri Loey. Kau pergi ke ruanganmu lebih dulu."

Sheeba cemberut dan ingin mengeluh tetapi Loey lebih dulu memberikan kode dengan tersenyum dan anggukan setuju. Mau tidak mau, Sheeba menurut, lalu beranjak dari duduk untuk menuju ruang melukisnya kembali. Nyonya Lucille berencana tetap tinggal. Tapi saat melihat lirikan penuh arti suaminya, wanita itu mengesampingkan rasa penasaran dan akhirnya ikut beranjak dengan membawa serta seluruh pelayan keluar dari ruangan.

Semua orang pergi membuat ruangan jatuh dalam keheningan. Tuan Lucille terbatuk kecil untuk membersihkan tenggorokannya dengan sedikit canggung. Loey menyeruput minuman dan meletakkan cangkirmya dengan tenang.

THRONE - The Real Of The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang