XIII - Night Talk

14.5K 1.6K 342
                                    

"Every closed eye is not sleeping, every open eye is not seeing."

Di lantai teratas clouds nine, tiga pemuda bangsawan duduk mendiskusikan beberapa hal seperti hari biasanya. Keith mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam untuk menyampaikan laporan.

“Tuan, Putri Arabelle dan Putri Lilith merencanakan sesuatu untuk menjebak Putri Irish.”

Benedict seketika menghentikan gerakan tangannya membalik halaman, sedang Rex hanya tersenyum menyeringai. Ekspresi wajah Shuan sedikit murung mendengar laporan dari Keith, kemudian bertanya.

“Kapan?”

“Di hari perburuan,” Jawab Keith, lalu melanjutkan, “Mereka merencanakan untuk memasang jebakan pada Putri Irish dan seorang pelayan, lalu membuat semua orang memergoki keduanya.”

Benedict hampir menyemburkan darah segar mendengar rencana yang terlalu kejam tersebut. Merusak reputasi dan harga diri seorang gadis akan membuat hidup lebih mengerikan dibanding kematian. Tapi, tiba-tiba pemuda itu menjentikkan jari dan memberi usul pada Shuan.

“Sepupu, bagaimana kalau kau yang menggantikan pelayan itu? Bukankah ini akan menjadi jalan pintas untuk mendapatkan saudari ipar?”

Seketika Rex melotot dan menendang tungkai kaki Benedict di bawah meja. Benedict hanya bisa mengaduh kesakitan, lalu cemberut melihat Rex mendecak.

“Apa yang akan kau lakukan?” Tanya Rex.

“Serangga ini benar-benar sangat rewel,” Ucap Shuan mengusap bibirnya, lalu menambahkan dengan santai, “Kenapa tidak biarkan mereka bersenang-senang lebih dulu?”

“Jadi kau akan membiarkan saudari ipar dalam bahaya?” Tanya Benedict terkejut.

Shuan tersenyum dingin dan mencemooh, “Kau bercanda? Bahkan nyawa Putri Nexsus itu tidak akan bisa dibandingkan dengan sehelai rambut Irish.”

Rex dan Benedict saling melirik dan hanya bisa membersit hidung. Mereka akan berbaik hati dengan mendoakan semoga nasib Arabelle tidak berakhir terlalu buruk di tangan pemuda tersebut.

“Jadi kau akan pergi ke perburuan kerajaan?” Tanya Rex memastikan.

Shuan hanya mengangguk malas, lalu berkata, “Tentu saja. Bukankah mereka ingin menyaksikan tontonan? Aku akan memberikan hiburan gratis yang lebih menarik.”

Benedict mengerutkan dahinya, “Apa rencanamu?”

“Menyingkirkan Norman Kuain,” Shuan berkata dengan nada malas.

Seketika Benedict dan Rex saling menatap. Mereka telah mendengar laporan bahwa Norman Kuain berselingkuh dengan pelayan istrinya, Rissa Rith, putri Menteri Rith yang ingin mereka tarik dari pihak Gerard.

Norman merupakan target yang telah mereka bidik untuk disingkirkan. Benedict menjadi sangat bersemangat untuk menyaksikan drama yang akan Shuan ciptakan untuk menggemparkan Ibukota dan mengacaukan pihak Gerard.

“Aku harus datang ke perburuan,” Ucap Benedict dengan antusiasme tinggi, lalu melanjutkan, “Aku juga ingin menonton pertunjukkan.”

Rex hanya mendecak pelan mengetahui maksud tersembunyi dari Benedict. Apalagi jika bukan menambah kekacauan dengan provokasi dan menuang minyak ke dalam api. Shuan hanya mengusap dagunya lalu teringat sesuatu dan bertanya pada Keith.

“Bagaimana dengan pandai besi itu?”

“Kami sudah memindahkan mereka ke tempat yang lebih aman.” Jawab Keith.

Rex ikut mengangguk-angguk, lalu berkomentar, “Pihak Herodias dan Gerard pasti tidak akan membiarkan pandai besi itu tetap hidup jika tahu ia bisa mengenali belati asli atau palsu.”

THRONE - The Real Of The KingWhere stories live. Discover now