08 - Locked Up

1K 84 0
                                    

"Terkadang orang-orang dengan masa lalu yang buruk, bisa menciptakan masa depan yang cerah"

(Umar bin Khattab R.A)

****



"Anda di suruh pulang oleh tuan besar, " ucap pria di belakang Samuel dengan pistol masih berada di kepalanya.

Semua orang yang berada di pelataran masjid itu histeris. Melihat ada penyerangan di masjid mereka.

"Aku akan pulang. Turunkan senjatamu! Ini tempat ibadah, sialan!" Geram Samuel.

Laki-laki itu menyimpan senjatanya. Lalu memegang lengan Samuel agar pria itu tidak bisa pergi kemana-mana.

"Azella!"

Darren yang baru saja kembali dari toko obat pun menghampiri sahabatnya yang sudah tergeletak di rumput.

"Darren?"

Laki-laki itu menoleh dan mendapati Samuel berada disana.

"Samuel?" Ia berdiri, "Kenapa kau berada disini dengan Azella?"

"Itu tidak penting sekarang. Tolong bawa dia ke rumah sakit, " ucap Samuel tak menanggapi pertanyaan Darren.

Laki-laki berambut pirang itu mengangguk. Lantas meletakkan kepala Azella di pahanya.

Setelah itu, Samuel pergi bersama lelaki yang menjemputnya tadi. Ia merasa risih dengan tangan lelaki itu yang memegangi lengannya seolah-olah ia adalah seorang maling yang baru saja tertangkap.

"Lepaskan tanganmu!" Ucap Samuel dingin hingga membuat pria tersebut melepaskan tangannya.

****


"Tuan muda sudah pulang, tuan, " ucap seorang pria berbadan kekar-- yang diyakini sebagai bodyguard itu kepada laki-laki tua yang membelakanginya.

"Suruh dia ke ruanganku," ucap laki-laki tua itu sambil memandang ke luar jendela.

Bodyguard itu pun mengangguk dan undur diri. Tak lama kemudian, Samuel masuk. Harry, laki-laki tua itu berbalik sambil menyunggingkan senyumnya.

"Kulihat semakin hari kau semakin membangkang, " ucap Harry yang membuat Samuel menatap tajam pria itu.

"Aku tidak punya waktu untuk berbicara denganmu, kakek tua, " balas Samuel dingin. Ia melangkah menuju sofa yang berada di ruangan tersebut lantas mendudukkan dirinya disana.

"Tidak punya waktu? Kau pikir setelah ini kau mau kemana?" Harry terkekeh. "Kau tidak diperbolehkan pergi kemana pun sampai acara pertunanganmu tiba. "

Emosi Samuel tersulut ketika mendengar Harry hendak mengurungnya di rumah ini.

"Persetan dengan pernikahan itu. Aku tidak menyetujuinya!" Dada pria itu naik turun, "Aku yang akan memilih untuk menikahi perempuan yang kucintai. Bukan kau!"

Harry tersenyum. Senyum itu senyum paling menyebalkan di mata Samuel.

"Baiklah, " ucap Harry. Lalu ia melempar sebuah foto seorang gadis berhijab kepada Samuel. Pandangan Samuel menajam. Tangannya terkepal ingin meninju Harry sekarang juga kalau pria tua itu bukan kakeknya.

Ethereal; Cahaya Surga✓Where stories live. Discover now