10 - Ancaman

926 76 12
                                    

•Happy Reading!•


****

Siang itu, Hwanwoong duduk di meja toko kuenya sambil memakan sepotong kue yang diberikan Azella.

"Noona, " Hwanwoong, sepupunya itu memanggil.

"Kenapa?"

"Tidak bisakah kau pulang? Bibi Hara selalu menanyakanmu. Aku bosan menjawabnya, " Hwanwoong memberengut kesal padanya.

"Nanti aku akan pulang, " jawab Azella.

"Benarkah? Tiba-tiba? Ini bukan karena aku yang memintanya bukan?"

"Tidak. Aku juga sudah lelah menumpang di rumah Aufi, " balas Azella.

"Akhirnya kau sadar diri, " ucap Hwanwoong yang mendapat jitakan di kepalanya. Laki-laki itupun meringis.

Azella bangkit dari duduknya. Hendak kembali ke dapur. Meskipun ia adalah pemilik tokonya, Azella tak ingin membebani pekerjaan karyawannya.

"Habiskan kuemu. Setelah itu pergi dari tokoku, " sarkas Azella.

"Arasseo. Kau tidak perlu mengusirku begitu, " balas Hwanwoong. Ia sudah terbiasa dengan sifat sepupunya itu.

Sepeninggal Azella, Hwanwoong pun bangkit dan melangkah keluar toko. Tujuannya ke London adalah untuk bersenang-senang menikmati libur semesternya. Mengunjungi banyak tempat. Mungkin kalau beruntung ia bisa mendapatkan jodohnya disini. Dan satu lagi untuk mendamaikan seorang ibu dan anak.

***

Seperti biasa, Bandara selalu terlihat ramai. Samuel melepas topinya. Ia bercakap-cakap sebentar dengan co-pilot yang mendampinginya selama penerbangan. Kedua orang itu pun berjabat tangan sebelum berpisah.

"Kerja bagus untuk hari ini!" Puji Samuel.

Co-pilot tersenyum, "Anda juga captain!"

Samuel mengulas senyum tipis. Mereka berpisah. Laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju parkiran. Mengeluarkan mobilnya. Lantas pergi meninggalkan bandara.

Beberapa menit kemudian ia tiba di sebuah restoran. Samuel masuk usai memarkirkan mobilnya di depan restoran dengan sembarangan. Lantas melemparkan kunci mobil pada pelayan restoran yang berdiri menyambutnya di depan pintu.

Dilihatnya wanita itu sudah duduk di sebuah meja. Hanya seorang diri. Seperti dugaannya, wanita itu selalu menyewa satu restoran jika ingin bertemu dengannya. Samuel tersenyum miring. Ia mendudukkan dirinya di hadapan wanita itu.

"Lama tidak berjumpa, bibi, " sapa Samuel seraya meminum segelas wine yang telah tersedia untuknya.

Marina menatap sarkas Samuel, "Mundur. "

"Apa?" Tanya Samuel santai.

"Mundur dari pewaris perusahaan, " lanjutnya.

Samuel tergelak, "Kakek tua itu yang memintaku menjadi pewaris perusahaan itu. Bukan aku. "

Marina menatapnya tajam, "Maka suruh dia untuk membuatmu mundur. "

Samuel terlihat berpikir, "Aku tidak mau. Kau pikir kau siapa? Kau hanya anak yang diadopsinya. Jadi, sadarlah. "

Mariana menggeram. Bahkan tangannya sudah mengepal menahan emosi.

"Karena aku sadar aku memintamu untuk mundur. Aku tidak ingin diremehkan lagi. Aku sudah muak dengan hal itu. "

Ethereal; Cahaya Surga✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang