24 - Gelisah

691 59 7
                                    

•Happy Reading!•

****

Mata indah milik gadis yang sedang terbaring selama 3 hari itu pun terbuka. Ia menyesuaikan matanya dengan kondisi cahaya yang menyilaukan. Disampingnya ia lihat Hara menangis haru melihat dirinya kini telah sadar. Perempuan paruh baya itu tidak henti-hentinya mengecup kening Azella.

"Akhirnya kamu bangun, nak. "

Azella hanya mengangguk sebagai jawaban. Karena mulutnya kini sedang terpasang alat bantu pernapasan.

Gadis itu menoleh ke samping. Mendapati Mickayla dan Hwanwoong yang hanya tersenyum kecil ke arahnya. Azella pun membalas dengan senyuman kecil. Otot-otot tubuhnya terasa kaku sekali.

Tiba-tiba seorang dokter masuk ke ruangan Azella. Ia menyuruh keluarga pasien untuk menunggu diluar sampai pemeriksaan fisik selesai. Dengan berat hati, Hara, Mickayla beserta Hwanwoong pun pergi keluar.

Sembari dokter memeriksa kondisi tubuhnya, Azella menatap sekeliling ruangan yang ia tempati. Ia termenung. Selama ia tidur, ia bermimpi. Mimpi masa kecilnya bersama dengan seorang anak kecil yang bernama Sammy.

Ia tidak mengenal anak kecil itu. Namun, di dalam mimpinya mereka bermain dengan riang. Setiap Azella ingin pergi, anak kecil itu menahannya. Mungkin, itu sebabnya juga Azella tidak sadarkan diri selama 3 hari. Mimpi panjang itu menahannya.

Azella memejamkan matanya. Ia tidak mau ambil pusing dengan mimpi yang hanya seperti bunga tidur tersebut.

****

Samuel berhenti pelan di depan pintu ruangan Azella. Hatinya menimbang-nimbang ragu memilih antara masuk atau tidak. Akhirnya, ia memilih untuk tetap melihat lewat kaca yang ada di pintu.

Laki-laki itu memperhatikan wajah Azella yang tersenyum menanggapi setiap ucapan orang-orang yang berada di dalam sana. Samuel senang. Tentu saja. Karena  gadisnya kembali.

Namun, bersamaan dengan itu, muncul rasa bersalah di hati Samuel. Sampai sekarang ia belum bisa menyelesaikan kasus Azella. Walaupun hatinya sangat ingin. Ia juga merasa bersalah karena telah menyembunyikan pelaku kejahatan. Ia hanya merasa bimbang dan merasa tidak pantas. Di sisi lain ada Cindy yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri. Dan di sisi lain ia juga harus memberikan keadilan untuk Azella.

Samuel menunduk. Ia berbalik dan melangkah pergi darisana. Hatinya kini dirundung kegelisahan. Ia merasa seperti laki-laki yang bodoh.

****

"Noona, " panggil Hwanwoong.

"Apa?"

"Ini. " Hwanwoong memberikan sebuah USB kepada Azella. "Aku rasa aku harus memberikannya padamu. "

"Terimakasih sudah menjaga benda ini, Hwan. " Hwanwoong pun mengangguk.

"Mengapa Noona tetap menyimpan USB itu?"

"Ayahku mengamanahkannya untuk diberikan pada seseorang. Tapi, aku masih belum tau siapa orang itu. " Jelas Azella.

Hwanwoong mengangguk mengerti.

"Kenapa kau bisa seperti ini, Noona?" Tanya Hwanwoong. Nada pria itu terdengar sedih.

Ethereal; Cahaya Surga✓Where stories live. Discover now