23 - In A Hurry

713 54 1
                                    

"Tak ada seorangpun yang sempurna, tapi bukan berarti kamu harus
pasrah dan menerima kekuranganmu tanpa berusaha menjadi yang lebih baik."

-LYCA-

*****






"Baik. Saya akan mengatur jadwal untuk pertemuan anda dengan Mr. Vidson besok. " Hendrik menjepit ponsel diantara telinga dan bahunya. Lantas mengetikkan note untuk pertemuan tersebut di sebuah tablet.

"Baik. Selamat siang, pak. "

Hendrik pun menutup telepon. Dirinya melirik ke samping ketika melihat sepasang sepatu tengah berdiri di sisi kirinya. Betapa terkejutnya dia kala melihat Harry berdiri dengan tangan dimasukkan ke saku celana.

Sekretaris Samuel itu pun sontak berdiri dan menunduk hormat pada sang pimpinan perusahaan.

"Cucuku ada di dalam?" Tanya Harry.

"Ada, tuan. T-tapi beliau berpesan untuk tidak mengizinkan siapapun masuk, " jawab Hendrik takut. Tak berani menatap mata tajam Harry.

Harry mendesis, "Jangan lupa, dulu aku adalah tuanku juga. "

Harry melenggang pergi. Membuka pintu ruangan Samuel dan masuk ke dalam. Tak tinggal diam, Hendrik pun menyusul masuk.

"Jadi, karena ini dia tidak membolehkan siapapun masuk?" Harry memandang cucunya yang sedang tertidur di sofa dengan kantung mata yang menghitam.

Hendrik meneguk ludahnya, "Tuan Samuel tidak tidur semalaman. "

"Memang dia melakukan apa saja kemarin sampai tidak tidur?"

Gawat. Seharusnya Hendrik tidak menjawab seperti tadi.

"Katakan, Hendrik! Jika tidak kau akan kupecat sekarang juga. "

Hendrik membuang napasnya. Kalau begini ia bisa apa.

Beberapa menit berlalu...

Harry duduk di sofa yang terletak di seberang Samuel sambil membaca sebuah majalah. Laki-laki itu masih tidur dengan nyamannya. Tak terganggu sedikit pun dengan suara-suara berisik yang Harry buat sedari tadi. Mulai dari melempar sepatu yang ia kenakan jauh-jauh, membanting majalah ke meja, dan berlarian di sekitar ruangan Samuel. Hal terakhir memang konyol. Karena kakek-kakek yang satu itu memang kelewat aktif.

Pria berambut putih tersebut sumringah ketika melihat Samuel mulai bangun dari tidurnya. Ia cepat-cepat mengganti raut wajahnya menjadi datar. Hal yang selalu ia ajarkan kepada keturunan Vidson.

"Kau disini hanya untuk bermalas-malasan?" Ucap Harry ketus.

Samuel yang baru saja bangun pun tentu jadi bingung. Mengapa kakek tua itu ada di ruangannya?

"Itu kau?"

"Siapa lagi kalau bukan kakekmu."

Samuel memutar bola matanya malas dan bangkit mencari sepatunya.

"Sam, sudah kubilang jauhi gadis itu. Belum beberapa hari kau jadi direktur, kau sudah berani mengabaikan pekerjaanmu. "

Samuel yang sedang memasang kancing di pergelangan tangannya pun menoleh tajam pada Harry.

Ethereal; Cahaya Surga✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang