35 - Suddenly

536 42 14
                                    


Jakarta, Indonesia.
21.00 PM
In Harmony Hospital.

****

Arvano menatap keluar jendela. Memperlihatkan langit malam yang sepi tanpa bintang. Lalu ia mengalihkan pandangannya pada ayah sahabatnya, Paman Mark. Akhir-akhir ini lelaki yang telah dirawatnya selama 5 bulan itu, kondisinya bertambah buruk.

Getaran disusul deringan ponsel membuatnya tersentak lantas buru-buru menarik ponselnya dari dalam saku. Tertera nama 'Azella' disana. Ia mengernyit. Tidak biasanya gadis itu menelponnya.

Arvano mengangkat telpon itu dan berjalan keluar ruangan. Takut perbincangannya di telpon membuat Paman Mark terbangun dari tidurnya.

"Assalamualaikum?" Sapa Arvano.

"Ayahku? Dimana? " 

Arvano mengernyit heran. Ini benar Azella bukan? Ia menjauhkan ponsel dan melihat nama di layarnya.

Benar, itu Azella. Tapi mengapa Azella sedikit berbeda? Suara perempuan itu sedikit berbeda.

"Kamu dengar aku?" 

"Ya, ada apa, Azella?"  Jawab Arvano.

"Dimana ayahku dirawat?" Tanya Azella to the poin.

"Ayahmu? Aku tid--"

"Aku tahu, kamu orang yang merawat ayahku selama ini. Jangan berbohong. Aku benci itu. " Sanggah Azella.

Arvano menunduk. Sepertinya tidak ada gunanya lagi menutupi ini semua dari Azella. Pada akhirnya, Azella juga akan tahu. Dan malah membuat keadaan semakin rumit.

"Di Harmony Hospital. "

Setelah itu, sambungan terputus lalu terdengar helaan napas putus asa.

Arvano kembali memasuki ruang rawat. Namun, saat matanya tertuju pada ranjang, ia tidak menemukan seorang lelaki paruh baya disana.

Lelaki itu mengernyit. Kemana gerangan Paman Mark?

Kakinya melangkah menuju pintu WC, mengetuknya sebanyak tiga kali, namun, tetap tidak ada jawaban. Terpaksa, Arvano membuka paksa pintu itu. Ternyata tidak dikunci.

Arvano mengusap kepalanya frustasi dan langsung berlari keluar ruangan.

Disisi lain, seorang pria paruh baya terlihat sedang menunggu lampu merah. Terlihat tidak sabaran untuk menyeberang. Ia menghidupkan layar ponsel dan tertera sebuah pesan yang didapatinya beberapa menit lalu.

Ayah, aku akan pulang.

-Azella

Mark menghela napas gusar. Begitu mendapat pesan ini, hatinya resah dan segera meninggalkan ranjang rumah sakit dengan kondisi tubuh yang sangat lemah. Bagaimana pun ia harus mencapai rumah saat ini. Ia ingin menyambut putrinya dengan senyuman dan pelukan yang hangat.

Pandangannya tertuju pada lampu lalu lintas yang berganti warna menjadi merah. Dengan segera, kakinya melangkah menyeberangi Zebra Cross. Namun, langkahnya yang masih lemah dan terlihat tertatih-tatih membuatnya kesulitan mencapai ujung Zebra Cross hingga lampu berganti warna menjadi hijau.

Ethereal; Cahaya Surga✓Where stories live. Discover now