12 - Bingkai Foto

887 75 7
                                    


•Happy Reading!•

***

Secangkir teh hangat terletak di hadapan Samuel. Laki-laki itu berterimakasih kepada Mickayla. Lantas meneguk tehnya sedikit. Menghargai pemberian sang tuan rumah.

"Azella dimana, bi?" Ucapnya sambil meletakkan cangkir di atas meja.

"Dia bilang sedang shalat, " jawab Mickayla dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.

Bagaimana tidak? Seorang pria tampan sedang duduk di hadapannya.
Dan ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan.

"Shalat? Apa itu?" Tanya Samuel asing dengan kata itu.

"Ibadahnya dengan Tuhannya, "  jawab Mickayla. "Kudengar itu dilakukan dalam lima waktu. Kalau tidak salah di waktu ini namanya Maghrib, " jelas Mickayla.

Samuel tersenyum tipis. Sejak orang tuanya meninggal, laki-laki itu tidak pernah lagi bermunajat pada Tuhannya. Ia merasa tuhan itu tidak adil. Do'a nya tidak pernah di dengar. He's angry. Fate was never on his side.

Satu lagi pernyataan terlintas di pikirannya; Apa yang membuat Azella begitu rajin beribadah? Apa ia tidak pernah merasa bahwa dunia itu tidak pernah adil? Dunia itu memuakkan dan membosankan?

Samuel meneguk tehnya untuk mengalihkan pikiran-pikiran tentang Tuhan. Ia tidak ingin berpikir jauh. Toh, tuhan juga yang membuat hidupnya berantakan seperti ini.

Tak lama kemudian, Azella muncul. Gadis itu berjalan menuju meja pantry. Menuang air putih ke gelas. Lantas duduk untuk meminumnya.

Sebenarnya perempuan berkerudung instan itu risih dengan kehadiran Samuel. Ia juga tak berniat untuk berbicara dengan laki-laki itu.

"Ibu dan Hwanwoong belum pulang, Bi?" Tanya Azella.

"Belu--" ucapan Mickayla terpotong saat pintu rumah terbuka.

Hara masuk dengan plastik belanjaan yang penuh di tangannya.

"Sepertinya sudah, " ucap Mickayla.

Azella menengok ke pintu rumah lantas bangkit dan membantu ibunya membawa belanjaan itu. Kalian pikir Azella sudah bisa menerima ibunya? Belum. Dia hanya berbakti.

"Terima kasih, anakku, " ucap Hara. Azella hanya mengangguk singkat.

"Azella temanmu datang berkunjung. Tidak baik mengabaikannya, " ucap Mickayla.

"Ah, tidak apa-apa, bibi. Saya hanya ingin berkenalan dengan keluarga Azella, " sanggah Samuel.

Azella diam saja. Ia tidak berminat untuk berbicara dengan Samuel. Dia memang berada di sana.  Namun, hanya untuk menghargai tamu saja.

"Ada temanmu?" Tanya Hara seraya mencuci tangan di wastafel. Azella pun mengangguk.

Setelah mencuci tangannya, Hara berjalan menghampiri Samuel. Menyapa tamunya itu.

Samuel menoleh pada Hara yang berjalan ke arahnya. Laki-laki itu tersenyum menyapa Hara. Ibu dari Azella itu balas tersenyum. Namun, sedetik kemudian senyumnya luntur. 

Laki-laki itu terlihat kebingungan. Begitu pun dengan Azella yang memperhatikan mereka dari meja pantry.

"Ada apa, kak?" Tanya Mickayla.

Hara tersentak kecil. Ia pun tersenyum kecil, "Hanya teringat seseorang. "

"Kau berteman dengan Azella?" Tanya Hara menghangatkan suasana. Ia mengambil tempat duduk di samping pria itu.

Ethereal; Cahaya Surga✓Where stories live. Discover now