38 - Hug Your Cold Body

338 36 0
                                    

Bismillaahirrohmaanirrohiim...
.
.
.
Happy Reading All!
Jangan lupa ⭐nya ya!

***

"Seandainya, saat itu aku tidak pergi meninggalkanmu, akankah aku bisa menggenggam tanganmu untuk terakhir kalinya? "

-Azella Shirley-









"Ayah! "

Azella membuka pintu ruangan ayahnya dengan panik. Di belakangnya, Tristan lebih panik lagi kala melihat Azella dengan raut wajah cemas dan sedih sejak berada di dalam mobilnya tadi.

Aufi berdiri di samping Azella yang memperhatikan wajah ayahnya yang pucat dan lesu.

"Ibu, ayah kenapa?"

Azella menoleh pada ibunya yang sedari tadi hanya mengenggam tangan Mark.

"Ibu tidak tahu, kondisinya baik-baik saja ketika ibu membawanya berjalan-jalan. Tapi, tiba-tiba saja ayahmu pingsan, " Jawab Hara dengan tangisan yang tak dapat dibendung lagi.

Azella hanya diam sambil mengamati wajah tenang ayahnya. Tiba-tiba sebuah tangan mengusap bahunya pelan, mencoba menguatkan. Azella menoleh ke samping dan mendapati Aufi yang tersenyum padanya.

Ia hanya tersenyum tegar membalas senyuman Aufi. Lalu ia menoleh ke belakang menatap Tristan dengan wajah paniknya.

"Terima kasih sudah mengantarku kemari. Dan maaf, gara-gara aku kita tidak jadi shalat dhuha, " Ujar Azella pada keduanya.

"Siapa bilang tidak jadi. Kita bisa shalat di mushalla rumah sakit, " Usul Tristan.

Aufi mengangguk setuju.

"Bukankah disaat seperti ini kita butuh berdoa agar ayahmu baik-baik saja? "

Azella menatap Aufi sebentar. Sedikit ragu meninggalkan ayahnya. Namun, ucapan Aufi tadi ada benarnya juga.

Setelah lahir berpikir, gadis berjilbab mocca itu mengangguk.

Azella menoleh pada ibunya, "Ibu, aku pergi dulu, ya! Nanti kalau ibu juga ingin shalat dhuha bergantian saja denganku. "

Hara mengangguk.

Setelah itu, Aufi dan Tristan berpamitan pada Hara. Dan mereka bertiga pun melangkah menuju Mushalla.

****

"Hara.. "

Hara mengangkat kepalanya yang awalnya terbenam di lipatan tangan di samping ranjang Mark. Ia menoleh pada suaminya itu.

"Mau minum? " Tawar Hara yang sudah bangkit dari duduknya untuk mengambilkan segelas air putih.

Namun, tangan Mark mencegah
pergerakannya. Ia menyuruh Hara duduk dan Hara hanya menurut.

Mark menyentuh kerudung maroon yang menutupi rambut serta kepala istrinya sambil tersenyum. Mereka tidak pernah cerai. Namun, Mark sangat merindukan Hara.

"Aku senang hatimu memilih islam sebagai agama yang kau yakini, " Mark mengusap kepala Hara pelan. Senyum tipis yang terlihat lemah masih setia menghiasi wajah tampannya.

"Alhamdulillah, Allah memilihku dari sekian banyak orang untuk menjemput hidayah-Nya lewat Azella. " Balas Hara.

Mark tersenyum, "Maafkan aku karena pernah meninggalkanmu waktu itu. "

Ethereal; Cahaya Surga✓Where stories live. Discover now