29 - Bye, J

607 55 5
                                    

•Happy Reading!•
.
.
.
.
.

****



Samuel menyampirkan jas yang di kenakannya ke bahu Azella. Menyelimuti gadis itu dari kedinginan juga rasa traumanya. Lantas kembali duduk di kursinya.

Kini mereka sedang berada di sebuah cafe. Sam sudah tidak tau akan membawa Azella kemana. Ia takut dirinya akan serba salah nanti. Jadilah dia membawa gadis itu ke sebuah cafe terdekat.

Mereka duduk saling berhadapan. Seorang pelayan datang dan membawakan dua cangkir teh hangat. Pelayan itupun pergi begitu Sam mengucapkan terima kasih padanya.

Netra biru Samuel menatap ke arah gadisnya. Azella masih saja menunduk takut. Tubuhnya masih bergetar. Ingin sekali Sam memeluknya dan menenangkannya. Tapi, ia tahu itu hanya akan memperburuk keadaan.

Sam menyodorkan teh hangat ke depan Azella. "Minumlah, agar perasaanmu membaik. "

Azella perlahan mengangkat pandangannya. Menatap Sam yang terlihat khawatir. Gadis itu menggenggam erat cangkir teh. Bisa Sam lihat bagaimana tangan itu bergetar menyentuh cangkir.

"Mau kubantu?" Azella menggeleng cepat.

Gadis itu meneguk teh sampai habis.

Tak!

Azella meletakkan cangkir teh kembali ke atas meja. Perasaannya berangsur membaik. Ia tersenyum canggung menatap Sam.

"Sudah mendingan?" Azella mengangguk.

"Bagaimana bisa kau ada di sekitar sini?" Tanya Azella.

Sam membuang muka. Ia meneguk tehnya dengan canggung.

"Kebetulan saja. "

Mata Azella memicing. Tanda tidak percaya dengan ucapan Samuel. Namun, ia tidak mau memperpanjang masalah itu karena ia sudah tahu jawabannya.

"Aku ingat. "

Sam menoleh pada Azella.

"Apa?" Tanyanya.

Azella tersenyum tipis, "Sammy. Aku sudah terlalu lama melupakannya. "

Sam terdiam. Hatinya menjerit bahagia. Akhirnya Azella kembali ingat padanya.

Gadis dengan hijab biru langit itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Awalnya aku tidak mengerti isi flashdisk ini. Tapi, aku yakin ayahku berhutang pada ayahmu. "

Sam menerima benda kecil bernama USB itu.

"Berikan keadilan pada orang tuamu, Sam. Tapi, jangan membenci pelakunya. Membenci hanya akan membuat hatimu mati, " nasehat Azella.

Sam terdiam. Menatap wajah lembut Azella membuatnya tenang. Dengan gadis itu ia merasakan kenyamanan. Ia bahkan tidak bisa melepaskan pandangannya barang sedetik pun dari wajah itu.

"Maaf. "

Sam mengernyit. Perasaannya tidak baik.

"Jangan bilang kau ingin menjauhiku lagi, " tuding Samuel.

Ethereal; Cahaya Surga✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat