FIVE

7.3K 964 59
                                    

Orang macam mana yang kuat makan dua kotak pizza ukuran large setelah makan malam full course? Jawabannya adalah, tiga lelaki gila yang kali ini sedang mengelilingiku.  

Aku diam di tempatku, tidak ikut memakan pizza yang dipesan oleh Jungkook. Perutku sudah sangat-sangat kenyang setelah makan malam tadi, dan sekarang aku tidak percaya melihat tiga lelaki ini makan pizza lagi.  

Tubuhku menegang sedari tadi, dan rasa-rasanya aku ingin mengeluarkan lagi makanan yang sudah masuk ke dalam perutku. Sejak kami berempat duduk di lantai dua rumah Jungkook, Jimin tidak pernah melepaskan tangannya dariku. Ia akan selalu menyentuhku, dimana pun itu. Terkadang ia melingkarkan tangannya di pundakku, kemudian ia menyenderkan kepalanya di bahuku, dan terkadang ia menciumi ceruk leherku. Pokoknya dia itu seperti permen karet. Lengket. Susah lepas.

Terkadang selama bercanda dengan teman-temannya, Jimin melirik-lirik ke arahku. Bahkan beberapa kali ia tertangkap basah sedang memperhatikanku dengan matanya yang bersinar. Dan sungguh, hal itu membuatku merinding.  Aku kira setelah makan malam, aku dan keluargaku akan kembali ke rumah. Tapi nyatanya tidak. Orang tuaku dan orang tua Jungkook masih ingin mengobrol dan bersenang-senang. Bahkan Ibu Jungkook menawarkan untuk melakukan karaoke, dan semua orang setuju. Mereka bahkan sudah siap dengan bir dan makanan ringan.

Kami, anak-anak yang di bawah umur dipaksa untuk bermain di lantai dua saja sambil makan pizza yang Jungkook pesan. Sebenarnya tidak dipaksa sih, tapi hanya aku saja yang merasa seperti itu. Karena Jimin dan teman-temannya sama sekali tidak keberatan jika aku bergabung dengan mereka. Apalagi Jimin, ia terlihat sangat antusias sampai-sampai ia tidak pernah lepas dariku.  

“Kau tidak ingin makan?” tanya Jimin sambil menyodorkan satu potong pizza ke mulutku.  

Aku menggelengkan kepalaku. “Tidak. Aku sudah kenyang,” ujarku. Aku memang benar-benar kenyang. Bahkan perutku rasanya mual mencium bau pizza yang menguar dimana-mana.  

“Satu gigit saja, hm?” Jimin bersikeras. Ia bahkan menempelkan pizzanya di mulutku, tapi aku menutup mulutku rapat.  Kepalaku menggeleng keras, dan tampak raut kekecewaan di wajah Jimin. Menggunakan salah satu tangannya yang bebas, Jimin kemudian merapikan anak rambut yang menutupi wajahku dan menyelipkannya di belakang telingaku.  

“Hanya satu gigit saja. Kau belum memakan sedikit pun dari tadi.” Jimin masih bersikeras untuk menyuapkan aku pizza.  

Ya! Kalian tidak perlu bersikap romantis seperti itu di depan kami. Pergi sana, ada kamar kosong!” ucapan Taehyung langsung mengalihkan Jimin ke arah lelaki itu. Taehyung terkekeh kecil karena ucapannya, dan Jimin langsung menyeringai.  

“Terima kasih sudah mengingatkanku, Tae.” Jimin kemudian meletakkan potongan pizza tersebut kembali ke kotaknya kemudian mengelap tangannya dengan tisu.  

“Ayo kita pergi,” ujar Jimin kemudian berdiri dan mengulurkan tangannya padaku.  

“Kau serius?” tanya Jungkook tidak percaya.  

Jimin tidak memedulikan ucapan Jungkook, lelaki itu masih mengulurkan tangannya dan menatap mataku dengan tajam sambil menyeringai.  

Aku mengepalkan tanganku. Tidak. Aku tidak akan mau dibawa pergi oleh lelaki ini. Bagaimana kalau ia macam-macam padaku?  

Aku menggelengkan kepalaku dan melipat kedua tanganku di depan dada. “Tidak. Aku akan diam di sini.”  

“Oh ayolah. Cepat bangun atau terpaksa aku akan menggunakan cara kasar.”  

Aku tetap bersikukuh. “Tidak. Aku akan tetap diam di sini, Park Jimin-ssi.”  

Jimin sepertinya sudah mulai kehilangan kesabarannya. Lelaki itu dengan gerakan cepat menarik paksa tanganku sehingga aku harus berdiri. Saat aku sudah berdiri, tanpa menunggu lama lagi ia segera mengangkatku, menggendongku layaknya karung beras.  Aku menggeliat, memukul-mukul punggungnya, mencoba untuk lepas, tapi lelaki ini sama sekali tidak terpengaruh. Jungkook dan Taehyung tampaknya sangat menikmati kejadian ini, mereka bahkan tertawa-tawa sambil bersiul.  

Somersault; pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang