TWENTY TWO

5K 667 45
                                    

"PARK JIMIIIINNN!!"

Seorang wanita berlari tergopoh-gopoh ke arah kami, membuat keributan di bandara dengan suara teriakan dan heels-nya yang menyentak lantai. Aku sendiri masih belum  bisa mencerna dengan benar keadaan di tempat aku berdiri saat ini, dan yang hanya kulakukan hanyalah melihat wanita itu berlari mendekati kami dengan ekspresi bingung.

Pulau Jeju. Aku tidak menyangka Jimin akan membawaku kesini. Aku kira ia akan membawaku ke pulau pribadinya atau apalah sampai-sampai ia benar-benar merahasiakannya. Bukannya aku kecewa dengan destinasi ini, aku sangat suka dengan Pulau Jeju, hanya saja aku kira Jimin akan membawaku ke tempat yang lebih ekstrim.

Aku tidak tahu dari mana Jimin tahu bahwa destinasi liburan yang paling aku sukai adalah Pulau Jeju. Terakhir kali aku kesini adalah saat aku berumur sepuluh tahun bersama keluargaku. Aku masih ingat semuanya, kenangan indah bersama orang tuaku. Kedua orang tuaku berjanji akan membawaku kesini lagi untuk liburan, tapi sepertinya sangat sulit untuk dikabulkan karena orang tuaku sampai saat ini tidak pernah mengajakku ke Jeju lagi.

"Aww~ Park Jiminku sudah tumbuh sangat besar." Wanita itu memeluk Jimin dengan sangat erat, membuat Jimin sesak napas dan memukul pelan punggung wanita itu untuk dilepas.

Tidak lama kemudian pelukannya merenggang dan digantikan dengan kedua tangan wanita itu yang meremas kedua pipi Jimin dengan sangat kuat sampai-sampai bibir Jimin maju beberapa senti.

"Kenapa kau sangat tega, hah? Kenapa kau tidak pernah menghubungiku dan tiba-tiba saja datang dan minta untuk dijemput, hah?" Wanita itu berucap dengan nada yang sangat kesal.

"N-Noona l-lepash—" Jimin mencoba untuk berbicara.

Remasan pada pipinya terlepas dan wanita itu kembali memeluk Jimin, namun tidak seerat tadi. Tiba-tiba saja ia menampar bokong Jimin hingga menghasilkan suara 'plak' yang keras dan membuat Jimin berjengit.

"Dasar anak nakal. Kenapa kau tumbuh dengan sangat cepat, hah? Terakhir kali aku melihatmu pipimu masih gembul dan tinggimu hanya sebahuku. Lihatlah kau, kau sudah seperti model kelas atas sekarang."

Aku, Taehyung, dan Jungkook hanya terdiam melihat interaksi kedua insan yang saling bertukar rindu tersebut. Aku yang melihat interaksi itu hanya bisa terkejut karena tiba-tiba saja Jimin bersikap terlalu menurut dari pada menuntut seperti biasanya. Bahkan ekspresi wajahnya menandakan dia membutuhkan pertolongan. Beda denganku, Taehyung dan Jungkook terlihat biasa saja melihat interaksi mereka seakan-akan mereka sudah yakin hal ini akan terjadi.

Wanita itu akhirnya melepas pelukannya dengan Jimin dengan senyuman yang lebar, berbanding terbalik dengan Jimin yang cemberut dan tangannya mengusap bokongnya yang perih.

Wanita itu kemudian melihat ke arahku, dan matanya seketika membulat dan berbinar.

"Apa itu orangnya? Lee Harin?" Wanita itu mendekat ke arahku dan tiba-tiba saja memelukku, membuatku bingung harus bagaimana. "Wah, ternyata kau lebih cantik dari pada apa yang kubayangkan," ujarnya dengan lembut.

Wanita itu kemudian mendelik ke arah Jimin. "Aku tidak percaya lelaki yang dulunya gembul sepertimu akan berpacaran dengan gadis secantik ini. Kalau kau menyakitinya, aku akan mengulitimu, Park Jimin."

Jimin hanya mendengus mendengar ucapan wanita itu.

"Jadi apa yang kita tunggu lagi? Ayo pergi," ujar wanita itu kemudian menarik tanganku, membuatku berjalan di sampingnya sedangkan tiga lelaki itu mengikuti kami dari belakang. Entah kenapa aku bisa merasakan Jimin sedang memberikan tatapan tajam di belakangku.

"Oh ya, aku sepertinya sangat kasar padamu. Aku bahkan belum mengenalkan diriku padamu. Namaku Park Hana, saudara tertua Jimin. Kau pasti sudah tau adik Jimin, kan?"

Somersault; pjmWhere stories live. Discover now