TWENTY THREE

4.6K 739 49
                                    

a/n:
jangan lupa vomment ya^^
part ini belum diedit, kalau ada kesalahan tolong dimaklumi :)

enjoy

💘💘💘

"Hey, bangun baby."

Setelah itu aku bisa merasakan kasurku bergoyang dan sebuah erangan kecil terdengar. Sebuah tangan melingkar di tubuhku dan terpaan angin hangat mengenai pipiku.

"Hey, bangun. Sudah waktunya makan malam," bisiknya tepat di telingaku, membuatku merasa geli dan berjengit kecil.

Aku menggeliatkan tubuhku agar terlepas, tetapi yang ada malah lelaki ini mengeratkan pelukannya kemudian menimpa tubuhku dengan kakinya.

Aku membuka mataku secara perlahan, kemudian menolehkan kepalaku ke arah Jimin yang masih memelukku dengan sangat erat. Sesaat aku menolehkan kepalaku, mataku membulat lebar saat melihat betapa dekatnya kami. Bahkan ujung hidung kami bersentuhan.

"Lepas, Jimin," ujarku.

Jimin tidak memedulikan ucapanku, malahan dia mengeratkan pelukannya lagi dan mengusap-usapkan wajahnya di ceruk leherku.

"Kau bilang sekarang waktunya makan malam. Yang lain sedang menunggu di bawah," ujarku.

Jimin tetap tidak menghiraukanku.

"Jimin." Kali ini nada suaraku terdengar lebih tajam.

Lelaki itu mengerang kesal. Ia kemudian berucap, "Lima menit lagi. Kau sungguh enak dipeluk."

"Oh ayolah Jimin. Yang lain sedang menunggu."

Aku mencoba untuk melepaskan tubuhku dari pelukan Jimin. Dan setelah sekian lama berjuang, Jimin akhirnya menyerah dan bibirnya ia cemberutkan.

"Kau sangat kejam," ujarnya merajuk kemudian segera bangkit dari tempat tidurku.

Aku menghela napasku melihat kelakuan kekanakan lelaki itu. Jimin adalah tipe orang yang harus diberikan banyak atensi dan kasih sayang, dan jika ia tidak mendapatkannya, maka ia akan merajuk layaknya anak kecil. Aku bahkan sampai lupa berapa umur lelaki itu saat melihat tingkahnya.

Jimin masih memasang wajah masamnya. Lelaki itu membuang mukanya dariku. Aku hanya berdecak dalam hati sambil mempersiapkan diriku agar aku terlihat lebih layak.

Setelah siap, kami akhirnya keluar kamar. Jimin tampaknya masih merajuk melihat dari bagaimana ia berjalan dengan cepat di depanku, tidak menungguiku atau pun memegang tanganku. Jimin benar-benar marah, dan aku harus mengingati diriku untuk segera menyelesaikan masalah ini.

"Akhirnya kalian datang juga. Kenapa kalian lama sekali? Aku sudah mau mati kelaparan di sini." Jungkook melipat kedua tangannya di depan dada, dan ia tampak tidak sabaran.

Aku hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan lelaki itu dan Jimin tidak menjawab apapun. Ia hanya menampakkan wajah datarnya kemudian menghempaskan dirinya di meja makan.

Aku mendudukkan diriku di kursi sebelah Jimin. Di depanku ada Jungkook dan di sebelahnya ada Taehyung. Hana duduk di ujung meja.

"Karena semuanya sudah datang, ayo kita makan, " ujar Hana tidak sabaran. "Asal kalian tahu, demi kalian aku rela menghabiskan uangku untuk membeli daging kebanggaan Pulau Jeju ini."

Hana mulai memanggang daging di atas meja. Gadis itu tampak bersemangat dengan Jungkook yang ikut membantunya memasak. Aku menolehkan kepalaku ke arah Jimin dan lelaki itu masih mengeluarkan ekspresi datarnya sambil memakan lauk yang tersedia.

Somersault; pjmWhere stories live. Discover now