TWENTY SEVEN

3.5K 642 62
                                    

Kami tidak berlama-lama berada di Pulau Jeju. Aku juga sejujurnya tidak betah, karena Jimin bersikap seakan kami tidak apa-apa di depan Hana, namun sebenarnya kami menjauh. Hana terlalu menyukai hubunganku dengan Jimin, dan Jimin tidak mau menghempaskan ekspetasi kakak perempuannya begitu saja.

Aku dan Taehyung berubah canggung. Sangat canggung. Kami tidak lagi bercanda dan tertawa seperti dulu, apalagi jika ada Jimin di sekitar. Sedangkan Jungkook, lelaki itu mengetahui ada yang aneh di antara kami bertiga, namun lelaki itu seakan tidak menghiraukannya dan bersikap seperti biasanya. Aku merasa lega dengan sikap Jungkook yang seperti itu, karena setidaknya dia bisa memecah atmosfir yang mencekam di antara kami.

Ini sudah seminggu sejak kami pulang dari Pulau Jeju. Acara kelulusan sekolah tinggal beberapa hari, dan setelah itu aku akan terlepas dari SMA. Ayahku sudah mendaftarkan diriku di universitas ternama di Seoul, dan aku juga sudah diterima di sana, jadi aku tidak perlu sibuk memikirkan dimana aku akan melanjutkan studiku.

Selama seminggu ini aku tidak melakukan apapun. Ibu bahkan bingung kenapa aku hanya diam di rumah seminggu, karena biasanya Jimin akan berkunjung atau membawaku pergi entah kemana. Aku hanya mengatakan bahwa Jimin sibuk dengan urusan sekolah dan ibu tidak menanyakan lebih jauh lagi. Tentu saja aku tidak membeberkan apa yang terjadi di antara kami, karena aku sendiri bingung. Kita sekarang apa?

Ngomong-ngomong soal Jimin, aku sudah mencoba untuk menghubungi lelaki itu. Aku sudah menelponnya berkali-kali namun tidak diangkat. Aku juga sudah mengiriminya ratusan pesan, tapi tidak satupun yang dibalas, dia hanya membacanya. Kesal? Tentu saja. Tapi aku tahu, bahwa aku adalah penyebab masalah ini terjadi. Jika saja waktu itu aku mengejar Jimin dan menjelaskan semuanya, ini semua tidak akan pernah terjadi.

Aku merasa sangat bodoh. Aku seharusnya berbicara dengannya, meluruskan segala kesalah pahaman ini. Tapi setiap kali aku berada di dekat lelaki itu, lidahku rasanya sangat kelu, seakan tidak bisa digerakkan. Otakku juga tidak bisa berputar dengan benar, seakan semua kata-kata di dalam kamus kecilku terbakar menjadi abu. Jimin yang sedang marah benar-benar membuat diriku tidak bisa berkutik, jadi sampai sekarang ini aku tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi.

Aku sempat terpikir untuk ke rumah Jimin, dan menjelaskan semuanya. Aku ingin meluruskan hubungan kita dan membahas masalah ini. Tapi saat aku sudah memesan taksi, aku terbengong bingung. Aku bahkan tidak tahu alamat lelaki itu. Aku hanya pernah ke rumahnya sekali dan aku tidak tahu arah menuju rumahnya. Apalagi Jimin tinggal di perumahan yang sangat elit, jadi aku tidak yakin apakah aku diperbolehkan masuk ke dalam sana atau tidak.

Sekarang aku menyadari apa artinya kesepian. Aku dulu orang yang sangat anti-sosial, jadi aku tidak pernah merasa kesepian. Tapi setelah Jimin masuk ke dalam hidupku, dia selalu mengirimiku pesan walaupun isinya tidak berarti, ia juga sering menelpon di jam-jam yang tidak masuk di akal, tapi aku menyukainya. Aku merasa seperti ada orang yang memerhatikanku, menjagaku, dan aku seakan merasa dipentingkan.

Tapi setelah Jimin menghilang, aku merasakan kekosongan. Aku merasa ada yang hilang dari hidupku dan aku tidak tahu bagaimana bisa mengisinya. Katakanlah aku sangat dramatis, tapi beginilah kenyataannya. Aku sekarang merasa sangat menyesal kenapa aku tidak menghargai dan menikmati semua kebersamaanku dengan Jimin. Aku memang terlihat tidak terlalu menyukai Jimin yang selalu menempel padaku atau bersikap over-protektif kepadaku, tapi di dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku menyukainya. Aku bisa merasakan bagaimana Jimin benar-benar tulus mencintaiku. Katakanlah aku egois, tapi jika aku bisa memutar balikkan waktu, aku akan bersikap lebih baik dan tidak akan menyia-nyiakan seorang Park Jimin.

Hari ini ibuku memutuskan untuk pergi ke rumah keluarga Jeon. Dia memaksaku untuk ikut, karena seminggu penuh ini aku tidak pernah keluar rumah. Ia mengatakan bahwa aku butuh bersosialisasi, dan itu berarti aku akan bertemu dengan sahabat Jimin, Jeon Jungkook.

Somersault; pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang