FORTY NINE

3.9K 625 367
                                    

A/N :

siapkan popcorn dulu. ini panjang banget. sampe 4000 words 🙂

💘💘💘

Aku meringis pelan saat aku bisa merasakan perih di sekitar lututku. Dengan kepala yang agak pening dan mata yang sulit terbuka karena terlalu banyak cahaya yang masuk, aku mencoba untuk tersadar. Aku menggerakkan tubuhku sedikit dan mengerang kecil. Badanku terasa sakit karena tertidur di kursi tunggu lorong rumah sakit.

"Maaf. Apa aku membangunkanmu? Ini hampir selesai." Terdengar suara bariton seseorang dan aku bisa merasakan sebuah plester menempel di lututku.

Aku membuka mataku sepenuhnya, saat aku mulai bisa menyesuaikan cahayanya.

"Sudah. Sudah selesai," ucap lelaki pemilik suara bariton itu lagi.

Aku segera menegapkan diriku dan menemukan Taehyung berdiri di depanku dengan senyuman lebar di wajahnya. Lelaki itu terlihat sangat berbeda dari saat ia SMA dulu. Badannya semakin berisi dan berbentuk, bahunya semakin lebar dan tegap, serta bentuk wajahnya yang semakin terbentuk lebih dewasa. Bisa kuakui, Taehyung terlihat berlipat-lipat lebih tampan dari pada sebelumnya.

 Bisa kuakui, Taehyung terlihat berlipat-lipat lebih tampan dari pada sebelumnya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


"Bagaimana operasinya?" tanyaku tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.

Taehyung mengusap rambutku, merapikan rambutku yang benar-benar berantakan dan tidak berbentuk. "Semuanya berjalan dengan baik. Sekarang kita tinggal menunggu Jimin hingga ia terbangun. Bukankah aku sudah bilang kalau aku adalah dokter yang handal?" ujar Taehyung kemudian terkekeh, seakan-akan mengolokku karena ekspresi panikku tadi. "Sudah lama sejak terakhir kali kita bertemu. Mau minum kopi bersama?"

Aku menyetujui tawaran Taehyung dan kami berdua langsung melangkahkan kaki kami menuju kafetaria rumah sakit. Aku mendudukkan diriku di salah satu kursi yang tersedia dan mengatakan pada Taehyung apa pesananku dan dia segera pergi untuk memesan.

Taehyung datang tidak lama kemudian membawa dua gelas kopi di tangannya. Lelaki itu mendudukkan dirinya di hadapanku dan aku hanya bisa diam menatap aneh gelas milik Taehyung.

Lelaki itu terkekeh seakan mengetahui apa yang sedang aku pikirkan. "Aku sebenarnya tetap lebih suka minum cokelat panas, tapi sejak kuliah kedokteran, aku jadi sadar betapa pentingnya kopi," ucapnya lalu menyesap kopinya agar terlihat keren, tapi sedetik kemudian ia kelabakan dan mengeluarkan lidahnya. Ia mendesis, "Pahit."

Aku tertawa dibuat ulahnya dan lelaki itu seakan tersadar dengan diriku yang memerhatikan dirinya. Taehyung ikut tertawa.

"Jadi bagaimana, Lee Harin? Bagaimana kehidupanmu?" tanya Taehyung, membuka percakapan duluan.

"Aku yang seharusnya menanyakan hal itu padamu. Dimana saja kau selama ini? Kenapa aku tidak bisa menghubungimu?" tanyaku dengan nada kesalku.

Taehyung hanya cengengesan sembari menggaruk kepala bagian belakangnya. "Aku kehilangan ponselku di bandara sesaat aku menginjakkan kakiku di London. Aku tidak tahu bagaimana caranya menghubungi kalian. Satu-satunya nomor telepon yang aku ingat hanyalah nomor telepon ibuku."

Somersault; pjmDove le storie prendono vita. Scoprilo ora