THIRTY NINE

4.1K 675 165
                                    

"Katakan padaku apa yang kau lakukan dengan Jimin hingga malam kemarin. Apa kau tahu aku sangat penasaran hingga rasanya ingin mati?"

Jungkook berdecak mendengar ucapanku sebelum lelaki itu meletakkan sosis, bacon, dan telur goreng di piringku. Aku biasanya jarang sarapan, tapi karena aku sangat penasaran dengan apa yang terjadi, aku jadinya datang pukul enam pagi ke apartemen lelaki ini dengan alasan aku sangat lapar dan malas memasak. Jungkook bahkan belum bangun dari tidurnya, dan salah lelaki itu sendiri yang memasang tanggal ulang tahunnya sebagai kode pin pintu rumahnya jadi aku dapat dengan mudah masuk. Ternyata lelaki itu sama saja tidak se-kreatif itu dalam membuat kode pin pintu apartemen.

Kami juga sempat bertengkar karena Jungkook masih dengan nyenyaknya tidur, dibalut dengan selimut dan bertelanjang dada. Sesaat aku masuk ke dalam kamarnya, aku segera membangunkan lelaki itu dengan sangat kasar, yang mengakibatkan lelaki itu itu sangat-sangat marah dan mengeluarkan bom makiannya kepadaku. Tapi aku menulikan telingaku hingga akhirnya Jungkook menyerah dan dengan berat hati mulai bersiap-siap.

Entah apa yang terjadi dengan lelaki itu di kamar mandi, seperti kepalanya yang terbentur atau bagaimana, Jungkook dengan pasrahnya membuatkan diriku sarapan. Ia bahkan mengupayakan dirinya untuk menggoreng sosis, telur, dan bacon untukku, bukan hanya menyuguhkanku dengan sereal dan susu, sarapan lelaki itu setiap pagi.

"Kenapa kau tiba-tiba bersikap baik seperti ini? Apa kau tadi kepleset di kamar mandi dan kepalamu terbentur?" Aku melihat ke arah piringku yang kini sudah lengkap dengan dua helai roti panggang di atasnya. Sedangkan lelaki itu mendudukkan dirinya di sebelahku hanya dengan susu dan sereal.

"Apa salah bagiku untuk berbuat baik?" tanya Jungkook.

Aku mengendikkan bahuku. "Jungkook dan kata 'baik' tidak bisa disatukan dalam satu kalimat," ucapku, yang langsung diberi tatapan tajam oleh lelaki di sebelahku. "Sekarang jawab pertanyaanku. Apa yang kau dan Jimin lakukan semalam?"

Jungkook menelan serealnya. "Kenapa kau menginterogasi diriku seakan-akan kami melakukan hal yang tidak senonoh?"

"Aku tidak akan marah jika kau mengaku kalau kau itu bisex. Jadi, katakan saja apa yang kau lakukan semalam."

Jungkook mendengus mendengar perkataanku. "Kalau kau sebegitu penasarannya, kenapa kau tidak menanyakannya pada Jimin sendiri?"

Aku menolehkan kepalaku ke arah lelaki itu, memberikan lelaki itu tatapan tajam. "Aku tidak akan mengorbankan diriku untuk bangun pagi-pagi begini dan mentolerir semua makianmu hanya untuk mendengar kau mengatakan hal itu. Spill. Beberkan semuanya."

Jungkook menghela napasnya dengan kasar. Lelaki itu memainkan sendok serealnya, tampak ragu dengan apa yang akan diucapkannya. Tingkah laku Jungkook membuat diriku tambah penasaran dengan apa yang sebenarnya lelaki itu sembunyikan.

"Kami berdua hanya mengobrol, mengejar beberapa hal yang tertinggal seperti teman baik. Tidak banyak," ucap Jungkook lalu menyendokkan serealnya dan memasukkannya ke dalam mulut. Aku masih diam memerhatikan gerak-gerik lelaki itu. Mataku menyipit, seakan-akan memberikan gestur bahwa aku tidak puas dengan jawaban yang lelaki itu berikan.

"Apakah itu saja? Aku merasa kau menyembunyikan sesuatu," ucapku, mencoba untuk membujuk Jungkook agar ia mengatakan semuanya.

"Sebenarnya apa masalahmu? Kenapa kau ingin tahu?" hardik Jungkook dengan nada suara yang tinggi. Aku bisa melihat tatapan Jungkook berubah menjadi tidak suka dan aku hanya membulatkan mataku bingung dengan tingkahnya yang tiba-tiba. "Asal kau tahu, aku dan Jimin tidak pernah punya masalah. Kami berpisah dalam keadaan baik-baik. Kau dan Taehyung yang membuat pertemanan di antara kami merenggang dan aku terkena getahnya."

Somersault; pjmKde žijí příběhy. Začni objevovat