FORTY THREE

4.2K 617 106
                                    

PARK JIMIN'S POV

Aku tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini ayah suka membuat acara makan malam keluarga. Biasanya juga tidak pernah. Aku benci berada di sini, terutama berada di dalam kecanggungan ini.

Bagian yang paling aku suka di acara makan malam keluarga ini hanyalah makanannya. Ibu tiriku selalu memastikan bahwa ia telah mempekerjakan koki yang terbaik, jadi makanannya selalu enak. Tapi percuma saja jika makanannya enak tapi nafsu makanku harus hilang di kelilingi orang-orang ini.

Satu-satunya orang yang membuat suara paling banyak di meja ini adalah Kim Nami, keponakanku yang menggemaskan milik Hana. Gadis berumur lima tahun itu bahkan belum bisa menggunakan sumpitnya dengan benar, membuat makanannya tercecer di sekitarnya dan Hana yang selalu membersihkan ceceran makanan Nami jika sudah terlalu berlebihan.

Dari sudut mataku, aku dapat melihat Namjoon yang juga tampak tidak menikmati makan malam ini. Aku tahu lelaki itu bisa merasakan kecanggungan yang luar biasa di antara kami. Walaupun ayahku sangat menyukai Namjoon saat ia pertama kali diperkenalkan oleh Hana, lelaki itu tampaknya belum terbiasa dengan aura yang diberikan oleh ayahku. Entahlah, rasanya sangat mengintimidasi.

Namjoon memang bukan terlahir dari keluarga yang memiliki perusahaan besar. Ayahnya adalah seorang dokter dan ibunya adalah seorang jaksa yang sangat terkenal. Tapi karena ia memiliki intelijen yang tinggi, dan ia memiliki watak yang baik, ayahku jadinya tidak ragu lagi untuk menerimanya sebagai menantunya. Namjoon juga langsung ditempatkan di posisi yang tinggi di perusahaan, karena Namjoon sendiri mengatakan bahwa ia lebih tertarik dengan bisnis dibandingkan melanjutkan pekerjaan kedua orang tuanya. Dan selama ini, kinerja Namjoon memang bagus.

Berbeda dengan yang lainnya, Park Nara dan ibu tiriku tampak santai saja di acara makan malam keluarga ini. Mungkin karena mereka memang paling lama tinggal di sisi ayah. Nara dari lahir sampai SMA masih tinggal dengan ayah. Gadis itu sekarang melanjutkan kuliahnya di Korea sedangan ayah dan ibu tiriku masih tinggal di Hong Kong. Gadis satu itu benar-benar dimanja. Ia menjadi anak kesayangan ayahku. Jadi tidak mengherankan jika ia bersikap arogan terkadang. Tapi aku masih menyayangi Nara. Walaupun awalnya aku tidak suka karena ia lahir dari orang yang telah merusak hubungan antara ibu kandungku dan ayahku. Aku sadar bahwa itu bukan salah Nara.

Dan yang paling paling tidak aku sukai dari acara makan malam ini adalah aku duduk di sebelah Kang Sora dan berpura-pura peduli dengannya di hadapan ayahku. Ayahku sangat menyukai Sora. Mungkin karena ia cantik dan mengeluarkan aura yang sangat berbeda dari gadis-gadis pewaris lainnya. Tapi jika aku tidak suka dengannya, maka aku akan tetap tidak suka dengannya.

"Ekhem." Ayahku berdeham dengan sangat keras, memecah keheningan di antara kami dengan suara seraknya. "Bagaimana perkembangan bandaranya, Park Jimin?" tanya ayahku.

Bisnis. Dimanapun, kapanpun itu, ayahku pasti akan membicarakan masalah bisnis.

"Semuanya berjalan dengan baik. Kami akan memulainya tiga minggu lagi."

"Tapi kau lengah kali ini, Park Jimin," ujar ayah dengan nada yang datar. "Jika saja kau tidak keduluan oleh perusahaan kecil itu, kita pasti bisa mengambil alih semuanya. Ngomong-ngomong, perusahaan abal-abal apa yang ikut-ikutan berdiri di samping kita?"

Aku menggertakkan gigiku mendengar perkataan ayahku, dan tidak sadar aku mengepalkan tanganku. Dari sudut mataku aku bisa melihat Hana menatap ke arahku, dan ia menyadari pergerakanku.

"Itu bukan perusahaan abal-abal. Lee Corporation yang akan bekerja sama dengan kita," ujarku dengan nada yang sebisa mungkin aku buat biasa saja.

"Lee Corporation? Bukankah CEO-nya seorang wanita yang sering masuk majalah gosip itu?" tanyanya.

Somersault; pjmWhere stories live. Discover now