FIFTY ONE

4.7K 630 155
                                    

"Ini bagus tidak, eonni?"

Aku terjebak. Lagi. Di antara kumpulan baju yang dicoba Sora.

"Sudah aku bilang berapa kali, Kang Sora, kau terlihat cantik dengan apapun yang kau gunakan."

Aku melihat jam yang melingkar pada pergelangan tanganku. Satu setengah jam lagi hingga rapat dewan direksi akan dilaksanakan, dan aku terjebak di dalam apartemen gadis ini karena gadis itu menelepon ada hal yang mendesak.

Aku kira sesuatu yang buruk terjadi padanya, tapi ternyata ia hanya bingung baju apa yang akan digunakan gadis itu saat makan malam nanti bersama keluarga Jimin.

Ada sesuatu yang teremas di dalam hatiku saat aku mengingat bahwa Jimin bukan milikku seutuhnya. Lebih tepatnya, kali ini aku hanya sebagai wanita simpanannya, karena Sora lah yang menyandang sebagai tunangan legalnya.

Sora masih belum tahu masa laluku dengan Jimin, dan aku yakin cepat atau lambat dia pasti akan mengetahuinya. Gadis ini juga tidak tahu bahwa aku dan Jimin sudah berbaikan. Kami bahkan bertemu setiap malam. Salahkan pada lelaki yang memiliki sifat terlalu posesif itu hingga ia terus menerorku dalam tidurku agar ia bisa bertemu denganku.

"Ah, tidak. Aku tidak bisa. Aku harus membeli baju lagi," ujar Sora sambil menggigit ujung-ujung jarinya.

Aku memutar bola mataku malas lalu merebahkan punggungku pada sofa. Aku tidak mengerti kenapa Sora terlalu dramatis hanya dengan makan malam. Gadis ini cantik luar dalam, pakai baju gembel pun ia akan dipuji karena kecantikannya.

Karena terburu-buru dengan waktu, aku segera bangkit dari tempatku duduk. Kakiku melangkah ke arah tempat tidur Sora yang berserakan dengan berbagai macam gaun yang bermerek dan berharga fantastis. Padahal gaunnya jauh lebih banyak dari milikku, aku tidak mengerti kenapa ia masih bingung dan ingin membeli yang baru.

Aku ambil sebuah gaun yang berwarna soft pink, lalu kusodorkan ke arahnya. "Baju ini cocok denganmu," ujarku. Sora adalah gadis bertampang polos dan sifatnya agak kekanakan dan sedikit manja, jadi aku pikir warna yang cerah dan muda seperti ini cocok dengannya.

Sora tersenyum lebar lalu mengambil gaun itu dari tanganku. Gadis itu kemudian beralih untuk memelukku dengan erat. "Terima kasih eonni. Semoga saja Jimin akan menyukaiku setelah ini, setelah aku ditolak mentah-mentah saat itu."

Aku mengerutkan keningku mendengar ucapannya. Apa yang barusan dia bilang? Ditolak mentah-mentah? Kapan Jimin mengatakan hal semacam itu kepada Sora?

"Kau harus tahu eonni, makan malam ini adalah makan malam yang spesial. Hari ini kami akan membahas tentang acara pernikahan kami." Aku hanya terdiam mendengar perkataan Sora. Gadis itu mengeluarkan senyumnya dan wajahnya sangat berbinar. "Walaupun Jimin tidak menyukaiku saat ini, aku yakin suatu saat nanti aku akan bisa merubahnya untuk menyukaiku kembali. Bukankah itu sering terjadi dengan pasangan perjodohan? Seperti kisah-kisah romansa di novel pada umumnya."

Aku hanya diam, tidak merespon apapun. Karena setelah mendengar perkataan Sora, aku sama sekali tidak bisa fokus dengan pekerjaan atau rapat yang sedang aku hadiri saat ini. Aku hanya diam melamun di tempatku, bahkan beberapa orang yang hadir menatapku aneh karena tidak biasanya aku bersikap seperti ini. Aku dikenal sebagai wanita yang tegas dan selalu fokus dengan pekerjaan. Mungkin julukan workaholic sangat cocok denganku.

Tapi tidak dengan hari ini. Aku merasa cemas sepanjang waktu.

Bahkan Mingyu pun mengetahui ada yang tidak beres denganku. Lelaki itu sesekali mencolekku, membantuku kembali masuk ke dalam kesadaranku. Tapi aku tidak merespon banyak dalam rapat ini.

Ada berbagai macam hal bersarang di dalam otakku. Seperti, apakah aku dan Jimin akan tetap bersama? Atau lelaki itu malah memutuskan untuk menikahi Sora? Bagaimana reaksi Sora jika aku dan Jimin sedang bermain di belakangnya?

Somersault; pjmWhere stories live. Discover now