THIRTY ONE

4.1K 666 400
                                    

Seperti janji, Jin menjemputku tiga puluh menit sebelum pestanya dimulai. Lelaki itu datang tepat waktu, tidak mengherankan bagi seorang pebisnis seperti dirinya. Manajemen waktu adalah hal yang paling penting di dunia kerja kami.

Aku masih merapikan tatanan rambutku saat aku mendengar bel pintu apartemenku berbunyi. Seperti biasa, aku mencoba untuk terlihat cantik untuk setiap pesta bisnis yang aku datangi. Selain orang-orang di sana rata-rata berpakaian mewah, dengan berpakaian yang menarik aku juga bisa menarik perhatian para pengusaha terkenal untuk diajak bekerja sama nantinya.

Untuk malam ini, aku menggunakan two piece dress berwarna beige yang membalut sempurna setiap lekukan tubuhku.

Jujur saja, seringnya aku mendengar pujian tentang penampilanku, aku merasa bahwa aku semakin percaya diri dengan wajah dan tubuhku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jujur saja, seringnya aku mendengar pujian tentang penampilanku, aku merasa bahwa aku semakin percaya diri dengan wajah dan tubuhku. Walaupun aku akan memasuki umur kepala tiga, aku masih rajin berolahraga sehingga aku masih menyimpan bentuk tubuh yang bagus. Aku harus berterima kasih kepada Jungkook, karena lelaki itu sering sekali mengganggu hari liburku dengan mengebel pintu apartemenku berkali-kali dan menyeretku untuk menemaninya ke gym.

Untuk menyocokkan pakaianku, aku memberikan kesan yang manis untuk riasan wajahku, memberikan efek yang cute dibandingkan sexy sehingga membuat diriku kelihatan lebih muda.

Setelah melihat penampilanku di cermin, aku merasa aku telah bertransformasi menjadi orang yang berbeda dari diriku yang ada di masa lalu. Aku masih ingat hari-hari dimana aku hanya diam di dalam kamar berhari-hari hanya untuk menonton netflix, berpakaian kasual dan bodo amat soal penampilan. Aku bahkan tidak melakukan banyak perawatan kulit, sehingga kulitku selalu tampak kusam.

Tapi entah kenapa, semakin aku bertambah umur, aku merasa bahwa jiwa feminimku semakin keluar dan aku mulai memperhatikan setiap detail penampilanku. Sebenarnya dari dulu, sejak aku menginjak remaja, kedua orang tuaku sering membujukku untuk ikut ke acara pesta seperti ini, tapi aku selalu menolak karena aku malas bertemu orang-orang. Entah kenapa aku tidak suka dikelilingi anak-anak pengusaha kaya yang selalu terlihat glamor dan cantik.

Aku pernah datang hanya sekali pada saat umurku enam belas tahun. Ibuku membawaku ke salon dan memilihkan baju yang cantik untukku. Sejujurnya aku terlihat cantik saat itu, tapi aku tetap menjadi bayang-bayang orang tuaku karena aku sama sekali tidak mengenal siapapun. Anak-anak yang seumuran denganku sering datang ke pesta seperti ini dan memiliki lingkaran kecil mereka sehingga aku merasa terasingkan. Alhasil aku kapok datang dan tidak pernah datang lagi.

Tidak mau membuat Jin menunggu lama di depan pintu apartemenku, aku segera mengambil tasku dan menggunakan high heels lima sentimeter senada dengan warna bajuku. Setelah merasa siap, aku segera membuka pintu, dan menemukan Jin yang berdiri di depan pintu apartemenku dengan senyuman lebar di wajahnya.

Jin yang kulihat hari ini terlihat berlipat-lipat lebih tampan dari yang aku lihat kemarin. Bukannya kemarin ia tidak tampan, Jin memang orang yang tampan, tapi melihat Jin menggunakan setelan jas yang rapi dan rambut yang ditata sehingga memperlihatkan keningnya membuat lelaki itu malah terlihat seperti pahatan patung dewa dibandingkan seorang manusia. Aku bahkan tidak yakin apakah orang di depanku ini adalah seorang manusia atau tidak.

Somersault; pjmWhere stories live. Discover now