FORTY

4.4K 682 145
                                    

Matahari baru saja terbenam beberapa saat lalu. Bahkan langitnya belum sepenuhnya gelap. Orang-orang masih melintasi jalanan yang sangat ramai, penuh dengan lautan manusia yang lengkap dengan seragam kerja atau pun sekolah mereka. Dengan bawaan yang memenuhi tangan atau pun punggung mereka, mereka semua berjalan menuju satu tujuan yang sama, yaitu 'rumah'.

Aku bisa melihat berbagai macam ekspresi yang bercampur aduk. Mulai dari ekspresi penuh kelelahan, gembira karena hari ini sudah berakhir, atau pun dengan ekspresi datar yang sulit dijelaskan, sepertiku.

Ini sudah di akhir bulan Agustus, dan peralihan musim-pun sudah dimulai. Hawa musim panas semakin hilang tiap harinya, siap menyambut musim gugur. Aku mengeratkan mantel yang aku gunakan, guna mencegah angin dingin yang masuk ke dalam tubuhku.

Sejak pertemuanku dengan Jimin saat itu, aku tidak pernah menemuinya lagi. Jika aku ingin menghubunginya tentang masalah proyek itu, aku selalu menggunakan Namjoon sebagai perantaranya. Namjoon pun tidak protes, tapi sepertinya Jimin memang menyuruh lelaki itu mengambil alih untuk sementara.

Lagi pula kami tidak pernah bertemu, hanya sebatas lewat email. Namjoon bilang Jimin saat ini berada di Perancis bersama Sora hingga beberapa hari ke depan, entah melakukan bisnis apa Namjoon tidak memberikan detail. Tidak seperti aku ingin tahu juga.

Yang terpenting, bulan depan, saat proyek ini benar-benar dimulai, aku harap lelaki itu tidak punya banyak alasan dan benar-benar mengerjakan proyek ini dengan benar.

Hubunganku dengan Jin pun sudah mulai lancar. Mungkin kecupan yang aku berikan di sudut bibirnya itu memberikan tanda kepada Jin untuk melanjutkan aksinya dan lelaki itu menggunakan kesempatan itu dengan baik. Jin rutin mengirimiku pesan, bahkan bekal makan siang ke kantorku. Aku tahu Jin sebenarnya orang yang sangat sibuk, jadi akhir-akhir ini kami jarang bertemu, tapi aku terus takjub dengan berbagai macam cara yang Jin lakukan untuk mendekatiku.

Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam salah satu bar. Ini baru pertama kalinya aku tempat ini. Aku hanya bosan pergi ke bar langgananku dan Jungkook, jadi aku hanya ingin mencoba sesuatu yang baru. Lagi pula malamnya masih muda, dan aku akan berusaha untuk tidak mabuk, apalagi aku datang seorang diri. Yang membuatku yakin aku bisa datang sendiri adalah bar ini bukanlah sembarang bar. Tempatnya memang kecil, tapi cukup mewah, dan aku yakin isinya hanya orang-orang tertentu dan berduit. Tapi hal itu bukan berarti aku bisa minum dengan seenaknya di sini. Aku harus tetap was-was dalam situasi apapun.

Sesaat aku menginjak lantai kayu yang dipoles hingga mengkilap ini, aku bisa mendengar alunan musik jazz yang mengalun dengan sangat pelan dan menenangkan. Musik ini seakan memberikan kesan-kesan pada akhir abad ke-19. Apalagi ditambah dengan desain interior yang klasik, dengan beberapa lampu gantung, meja dan kursi yang ditata sedemikian rupa hingga memberikan kesan gothic, dan sebuah konter bar panjang yang di dalamnya terdapat berbotol-botol alkohol dari berbagai negara dan tahun. Aku rasanya benar-benar seperti berada di abad ke-19. Aku bahkan tidak percaya bahwa bar dengan konsep seperti ini ternyata masih ada di tempat ini.

Mataku melihat ke sekeliling. Tidak banyak orang. Hanya dua atau tiga yang duduk di meja, dan ada seseorang yang duduk di bar. Melihat dari penampilan mereka, sepertinya mereka semua berasal dari golongan yang kaya. Aku bisa langsung tahu hanya dengan melihat jas Louis Vuitton yang melekat di tubuh mereka, atau sepatu Gucci yang melindungi kaki mereka, bahkan jam tangan Audemars Piguet yang bersarang manis di pergelangan tangan mereka.

Yang aku lihat, mereka semua tampaknya berada di umur akhir lima puluhan mereka. Mereka terlihat sangat menikmati musik jazz yang mengalun dengan lembut ditemani dengan sebotol alkohol dan potongan buah-buahan di meja mereka. Terkecuali satu orang, ia duduk di meja bar. Lelaki itu sepertinya berada di umur akhir dua puluhannya, dan tangannya sibuk memegang ponselnya, sangat kontras dengan pelanggan lainnya yang di sini.

Somersault; pjmWhere stories live. Discover now